Pemerintah China menunjukkan sikap terbuka dan penuh penghargaan terhadap langkah Indonesia dalam menghadapi kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Banuaterkini.com, BEIJING - Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN, Eddy Soeparno, menyampaikan hal itu seusai melakukan pertemuan dengan Ketua Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC) di Great Hall of the People, Beijing, Selasa (15/04/2025).
Dalam pertemuan bilateral tersebut, China menegaskan tidak mempermasalahkan langkah Indonesia yang memilih jalur negosiasi dengan AS.
“China menghormati posisi Indonesia sepenuhnya,” ujar Eddy kepada media, dikutip dari Kompas.com
Ia menegaskan bahwa meskipun hubungan dagang antara AS dan China tengah memanas, pemerintah Tiongkok tetap menghargai pilihan Indonesia yang mengedepankan diplomasi.
Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump sebelumnya menetapkan kebijakan tarif impor tinggi bagi sejumlah negara.
Indonesia dikenakan tarif hingga 32 persen, sedangkan China menerima beban tarif hingga 125 persen dari AS.
Tiongkok pun merespons dengan kebijakan retaliasi, bahkan berpotensi menaikkan tarif hingga 145 persen terhadap produk-produk AS.
Namun berbeda dengan China, Indonesia memilih pendekatan negosiasi untuk meredakan ketegangan.
Sejumlah menteri ekonomi RI telah diberangkatkan ke Washington untuk membahas keringanan tarif demi menjaga stabilitas ekspor nasional.
Lebih lanjut, dalam pertemuan dengan CPPCC, Eddy Soeparno juga mengungkapkan bahwa China menekankan pentingnya menjaga semangat Konferensi Asia-Afrika yang telah berusia 70 tahun.
China melihat adanya keterikatan sejarah dengan Indonesia dan menginginkan hubungan antarnegara di kawasan Asia-Afrika tetap erat, khususnya dalam sektor perdagangan dan solidaritas politik.
“China ingin spirit persahabatan dan kesetaraan negara-negara Asia-Afrika tetap hidup, dan mereka melihat Indonesia sebagai mitra strategis dalam hal ini,” ungkap Eddy.
China juga mendukung prinsip Indonesia yang menjalin kerja sama ekonomi dengan semua pihak secara adil dan setara.
Sikap ini dinilai menjadi jembatan penting dalam menjaga stabilitas perdagangan global di tengah situasi yang kian tidak menentu akibat kebijakan sepihak dari pemerintahan AS.