Kekayaan Bos Louis Vuitton Amblas Rp253 Triliun Akibat Krisis Global

Redaksi - Rabu, 16 April 2025 | 10:23 WIB

Post View : 7

Bernard Arnault Kehilangan Rp253,5 Triliun Imbas krisis ekonomi global (BANUATERKINI/Fashion Network)

Gejolak ekonomi global mulai meninggalkan jejak serius di sektor barang mewah. Bernard Arnault, pendiri sekaligus CEO LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton, mengalami penurunan kekayaan tajam sebesar US$15,1 miliar atau sekitar Rp253,5 triliun sepanjang tahun 2025.

Banuaterkini.com, PARIS - Penurunan ini mencerminkan dampak nyata dari ketidakpastian ekonomi dunia, penurunan daya beli konsumen kelas atas, hingga ketegangan geopolitik yang terus meningkat.

Berdasarkan laporan Nairametrics, hingga 12 April 2025, kekayaan bersih Arnault telah menyusut 8,6% sejak awal tahun, meskipun sempat mencatatkan kenaikan harian sebesar US$1,91 miliar.

Dikutip dari Bisnis.com, saham LVMH, konglomerat barang mewah terbesar dunia, turun hampir 13% sejak pelantikan Presiden AS Donald Trump untuk periode keduanya pada 20 Januari 2025.

Sebagai perbandingan, indeks acuan CAC 40 Prancis justru mengalami kenaikan sekitar 3% dalam periode yang sama.

Kondisi ini diperburuk oleh rencana tarif baru Amerika Serikat terhadap produk Eropa, yang dikhawatirkan akan langsung menyasar sektor mewah.

LVMH, yang pada 2024 mencatatkan pendapatan sebesar US$91,6 miliar, sangat bergantung pada pasar Amerika Serikat yang menyumbang sekitar seperempat dari total penjualan globalnya.

Tak hanya di AS, tekanan juga datang dari pasar China. Negara yang sebelumnya menjadi penggerak utama industri barang mewah itu mengalami kontraksi permintaan hingga 22% pada 2024.

Ketidakpastian ekonomi dan pergeseran perilaku konsumen membuat pembeli asal China kini lebih hemat dan condong ke merek yang lebih terjangkau.

Fenomena "kelelahan akan barang mewah" juga mulai terasa secara global. Konsumen dinilai mulai jenuh terhadap produk-produk high-end yang tidak menghadirkan inovasi signifikan.

Hal ini memicu koreksi tajam pada saham-saham perusahaan mewah, termasuk LVMH.

Meski begitu, LVMH masih mempertahankan kekuatannya melalui diversifikasi portofolio, ekuitas merek yang tinggi, dan strategi ekspansi ke wilayah alternatif seperti Asia Tenggara, India, dan Timur Tengah.

Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan China.

Kondisi ini menjadi pengingat bahwa bahkan industri yang selama ini dianggap tahan banting pun kini harus bersiap menghadapi guncangan ekonomi global yang makin kompleks.

Laporan: Ariel Subarkah
Editor: Indra Jaya

Halaman:
Baca Juga :  Arkeolog Kamboja Sukses Restorasi Tangga dan Pagar Angkor Wat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev