Cahaya dari Hutan Meratus, Listrik Mandiri yang Menghidupkan Negeri

Redaksi - Rabu, 22 Oktober 2025 | 13:47 WIB

Post View : 20

CAHAYA PERTAMA DI LEMBAH MERATUS: Ilustrasi panorama senja yang menggambarkan rumah warga Desa Haratai dengan cahaya PLN menerangi lembah di antara pegunungan Meratus. (BANUATERKINI @2025)

Senja menuruni perbukitan Meratus dengan tenang. Di Desa Haratai, Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan, suara air sungai berpadu dengan dengung halus dari gardu kecil PLN yang berdiri di tepi jalan desa. Dulu, desa ini pernah tenggelam dalam kegelapan begitu matahari terbenam. Kini, dari rumah ke rumah, cahaya lampu LED menandai babak baru bagi warga: hidup yang lebih terang, secara harfiah maupun batiniah. 

Oleh: MS Shiddiq *)

Dari Gelap ke Terang

“Ingat waktu dulu, anak-anak belajar hanya pakai pelita minyak,” tutur Ino, Kepala SDN 2 Haratai, sembari tersenyum melihat murid-muridnya masih belajar meski hari mulai malam.

Ia masih ingat masa ketika setiap keluarga harus menyiapkan botol minyak tanah untuk penerangan.

“Asapnya bikin sesak, tapi mau bagaimana lagi, itu satu-satunya cahaya kami waktu itu.”

Perubahan datang ketika PLN mulai membentangkan jaringan listrik ke Haratai pada tahun 2019, melalui program elektrifikasi pedalaman PLN UID Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng).

“Begitu listrik menyala pertama kali, warga sampai tepuk tangan ramai-ramai,” kenang Asto, Kepala Desa Haratai.

“Kami merasa seperti benar-benar disapa negara,” ujarnya, Senin (20/10/2025). 

Perjuangan Menembus Pegunungan

Menurut Asto, pembangunan jaringan listrik ke Haratai bukan perkara mudah. Medannya curam, banyak lembah, dan jarak antar rumah berjauhan.

Tim PLN UP3 Barabai dan PLN ULP Kandangan harus menyeberangi sungai dan menembus hutan untuk membawa tiang dan kabel.

“Kami warga ikut bantu angkat tiang, gotong royong buka jalur,” katanya. “Kami tahu ini untuk masa depan anak-anak.”

Momen peresmian Listrik Desa Haratai pada tahun 2019. (BANUATERKINI/hulusungaiselatankab.go.id)

Berdasarkan data resmi PLN UP3 Barabai tahun 2019, proyek pembangunan jaringan listrik di Desa Haratai dimulai sejak November 2018 dengan nilai investasi sekitar Rp 4,5 miliar dan pembangunan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sepanjang 15 kilometer sirkuit (kms).

Proyek ini menjadi bagian dari upaya PLN UID Kalselteng memperluas rasio desa berlistrik di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) hingga mencapai 100 persen.

Data tersebut sebelumnya juga disampaikan oleh Imam Ahmadi, yang saat itu menjabat sebagai Manajer PLN UP3 Barabai (periode 2018–2019).

Dalam arsip rilis PLN UID Kalselteng, Imam menegaskan bahwa medan ekstrem di kawasan Meratus menjadi tantangan terbesar pembangunan jaringan listrik.

“Pengangkutan material sangat sulit karena harus melewati sungai dan tebing. Tapi berkat dukungan luar biasa dari pemerintah kabupaten, desa, dan warga, jaringan akhirnya tersambung dan listrik menyala di RT 1 dan RT 2,” tulis laporan resmi itu. 

Cahaya yang Belum Menyentuh Semua Sudut

Meski sebagian besar wilayah sudah menikmati listrik PLN, Asto mengakui masih ada satu bagian desa yang belum sepenuhnya terjangkau jaringan utama.

“Dari empat RT yang ada, tinggal RT 4 yang masih memakai listrik dari mikrohidro yang kami kelola sendiri,” ungkapnya.

Pembangkit kecil itu memang sangat membantu warga, namun saat musim kemarau, suplai air berkurang drastis sehingga daya turbin melemah dan penerangan kerap padam.

“Kalau debit air turun, lampu bisa redup atau mati sama sekali,” ujar Asto.

“Karena itu kami tetap berharap ada perluasan jaringan PLN supaya seluruh warga bisa menikmati listrik secara merata.” 

Komitmen PLN ULP Kandangan

Menanggapi hal tersebut, Agung Darmawan, Manajer PLN ULP Kandangan, menegaskan bahwa PLN terus berupaya meningkatkan pelayanan dan keandalan jaringan di kawasan pedalaman, termasuk Desa Haratai.

“Kami tidak hanya menyalurkan listrik, tapi memastikan pemanfaatannya benar-benar menunjang kehidupan masyarakat yang lebih baik,” ujarnya saat ditemui, Selasa (21/10/2025).

Infografis “Cahaya dari Hutan Meratus” menampilkan perjalanan elektrifikasi Desa Haratai, HSS, yang mengubah wajah pedesaan — dari gelap menjadi terang. (BANUATERKINI/Rey)

Menurut Agung, PLN ULP Kandangan secara berkala melakukan pemantauan teknis, evaluasi jaringan, serta koordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan seluruh RT di Haratai mendapat pelayanan yang optimal.

“Desa Haratai menjadi contoh nyata sinergi antara PLN, pemerintah, dan masyarakat. Setelah RT 1–3 tersambung jaringan utama, kami tengah menyiapkan rencana teknis agar RT 4 yang masih memakai mikrohidro juga bisa menikmati listrik PLN,” katanya.

Agung juga menekankan pentingnya partisipasi warga dalam menjaga infrastruktur yang sudah terpasang.

“Semangat kami sederhana: cahaya yang sudah menyala di Haratai jangan pernah padam lagi. Listrik bukan sekadar penerangan, tapi sumber perubahan dan kebanggaan bagi masyarakat,” tegasnya.

Energi yang Mengubah Kehidupan

Kini, kehidupan warga Haratai benar-benar berubah.

Novi, seorang ibu rumah tangga, tersenyum saat menata kue pisang dan beberapa voucer Wi-Fi di warung kecil di depan rumahnya.

“Sekarang bukan cuma jualan kue, saya juga jual voucer internet buat warga dan wisatawan yang datang ke air terjun,” ujarnya.

Sebelum ada listrik PLN, warungnya hanya buka hingga sore karena gelap dan sinyal ponsel sulit didapat.

Air Terjun Haratai, salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. (BANUATERKINI/Foto: rri.co.id)

“Dulu wisatawan yang datang ke Air Terjun Haratai sering tanya, ‘ada colokan listrik nggak Bu?’ Sekarang sudah ada, mereka bisa isi daya ponsel dan nongkrong sambil pesan kopi,” tambahnya.

Dengan pasokan listrik yang stabil, aktivitas rumah tangga dan usaha kecil di Haratai kini tidak lagi berhenti di sore hari.

Warung-warung warga tetap buka hingga malam, lampu jalan menyala di tepi jalur menuju air terjun, dan anak-anak bisa belajar lebih lama di rumah.

Listrik juga memberi peluang bagi warga untuk menyediakan layanan bagi wisatawan: dari kios makanan ringan hingga penjualan voucer Wi-Fi, yang menjadi sumber penghasilan baru. 

Haratai dan Cahaya Wisata Meratus

Desa Haratai bukan sekadar kampung pedalaman, tetapi juga pintu gerbang menuju Air Terjun Haratai, salah satu destinasi wisata unggulan Kalimantan Selatan yang berjarak sekitar 3 kilometer dari permukiman warga.

Air terjun setinggi lebih dari 15 meter itu dikelilingi hutan tropis dan bebatuan Meratus yang indah, menarik wisatawan lokal hingga mancanegara.

Kehadiran listrik PLN telah menghidupkan kembali denyut ekonomi di sekitar jalur wisata.

Suasana malam dengan penerangan listrik di Desa Haratai. (BANUATERKINI/Ist)

“Sekarang kalau ada pengunjung, kami bisa jual es, minuman dingin, atau sambungkan Wi-Fi biar mereka betah,” tutur Novi.

Bahkan, beberapa warga muda mulai membuka basecamp camping sederhana dengan penerangan malam hari.

Asto berharap keberhasilan elektrifikasi ini menjadi pintu bagi perhatian pemerintah terhadap infrastruktur lain yang tak kalah penting.

“Listrik sudah masuk, tapi jalan dan jembatan menuju objek wisata masih butuh perbaikan,” ujarnya.

“Kalau aksesnya bagus, wisata Haratai bisa jadi andalan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Ini bukan cuma soal pariwisata, tapi juga soal masa depan ekonomi warga.” 

Energi dan Martabat

Harapan Asto sejalan dengan visi PLN UID Kalselteng, yang menempatkan energi sebagai fondasi pembangunan berkelanjutan di daerah wisata dan pedesaan.

“Energi berdaulat artinya setiap wilayah punya daya untuk tumbuh sesuai potensinya — termasuk wisata alam,” kata Agung Darmawan menegaskan.

Bagi warga Haratai, listrik bukan sekadar terang, melainkan jembatan menuju masa depan yang lebih mandiri dan terbuka.

“Dulu kalau ada tamu dari kota, kami malu karena rumah gelap,” ucap Asto lirih. “Sekarang, Haratai juga terang seperti kota. Anak-anak kami tidak kalah.”

Malam itu, di bawah langit Meratus yang berbintang, suara anak-anak masih terdengar dari surau bambu di ujung desa.

Di setiap rumah, lampu menyala lembut, tanda bahwa energi bukan hanya menerangi, tapi juga memerdekakan.

Dari lembah Meratus, Indonesia belajar arti sejati dari energi berdaulat untuk Indonesia kuat.

*) MS Shiddiq, pemimpin redaksi banuaterkini.com

Daftar narasumber yang digunakan dalam artikel.

Halaman:
Baca Juga :  Walhi Kalsel Dorong Pengembangan Energi Alternatif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev