Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pada Januari 2025 kini telah menjangkau 3,4 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Banuaterkini.com, JAKARTA - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyebut pencapaian ini merupakan hasil dari penerapan tiga kunci utama, yaitu anggaran, sumber daya manusia (SDM), dan infrastruktur.
“Target kami sampai April adalah 3 juta penerima manfaat, dan itu sudah tercapai. Sekarang kami kejar target 6 juta hingga akhir Mei atau awal Juni,” ujar Dadan dalam pernyataan resmi yang diterima media, Selasa (06/05/2025).
Hingga 3 Mei 2025, program MBG telah berjalan di 1.286 titik.
Jumlah penerima manfaat diproyeksikan meningkat tajam menjadi 4 juta pada akhir Mei, 6 juta pada akhir Juni, 22 juta pada akhir Agustus, dan mencapai puncaknya sebanyak 82,9 juta penerima manfaat pada akhir November 2025.
Program strategis ini mendapat perhatian langsung dari Presiden Prabowo Subianto, yang hadir dalam rapat evaluasi MBG di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (03/05/2025).
Presiden menegaskan bahwa MBG adalah bentuk investasi besar untuk kualitas SDM bangsa di masa depan. Ia pun meminta seluruh pemangku kepentingan bekerja teliti dan cermat demi keberhasilan program.
“Pak Presiden mengarahkan agar kami terus semangat berkarya. Ini tugas mulia dan sangat strategis, tapi juga riskan. Maka perlu kehati-hatian tinggi,” tegas Dadan.
Namun, keberhasilan program ini diwarnai oleh munculnya beberapa kasus luar biasa (KLB) dugaan keracunan yang terjadi di beberapa wilayah.
Salah satunya terjadi di lingkungan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Tasikmalaya, pada Kamis (01/05/2025). Kasus serupa juga dilaporkan di wilayah Bandung.
Menanggapi hal tersebut, BGN menyampaikan keprihatinan mendalam dan memastikan sedang melakukan investigasi menyeluruh.
“Kami menegaskan komitmen untuk mengusut secara tuntas penyebab insiden ini dan melakukan evaluasi menyeluruh agar tidak terulang kembali,” kata Dadan.
BGN juga menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor, mulai dari satuan pendidikan, ahli gizi, penyedia bahan pangan, hingga institusi pengawasan mutu, guna menjamin seluruh tahapan penyediaan makanan memenuhi standar keamanan konsumsi.
Dadan menambahkan, keselamatan dan kesehatan penerima manfaat adalah prioritas utama.
"Kami akan lebih berhati-hati, karena program ini sangat penting namun juga rentan terhadap berbagai risiko," pungkasnya.
Seiring dengan peningkatan cakupan, BGN berkomitmen menjaga kualitas layanan dan memperkuat pengawasan demi suksesnya program MBG sebagai pilar peningkatan gizi nasional.