Di tengah derasnya arus disrupsi teknologi yang semakin meluas ke berbagai dimensi, organisasi pers Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) merayakan usianya yang ke-8 pada 7 Maret 2025. Perjalanan SMSI seiring dengan transformasi industri media yang menghadapi tantangan besar dari platform digital global, media sosial, hingga kecerdasan buatan (AI). Artikel yang ditulis Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) ini menggambarkan bagaimana industri pers, khususnya media siber, berjuang menghadapi perubahan yang tidak hanya berdampak pada aspek bisnis dan distribusi, tetapi juga pada prinsip dasar jurnalisme itu sendiri.
Oleh: Firdaus, Ketua Umum SMSI
DISRUPSI teknologi kian menjadi-jadi ketika organisasi pers SMSI genap berusia sewindu pada Jumat, 7 Maret 2025.
Disrupsi tidak kunjung mereda, bahkan memasuki babak baru: disrupsi multidimensi. Ciri multidimensi ditandai dengan serangan dari berbagai sisi.
Dari berbagai sisi media dilumpuhkan satu sama lain. Dari sisi bisnis, keredaksian, jurnalisme, distribusi dan sistem pemasaran.
Persaingan antar platform media tidak terelakkan. Persaingan semakin luas antar perusahaan pers, media sosial, dan bahkan media global, seperti google, dan facebook.
Terjadi begal-membegal konten media, tanpa menghiraukan etika. Siapa yang memproduksi konten, dan siapa yang mereguk keuntungan tidak ada aturan main yang jelas.
Media platform cetak tergerus oleh platform televisi dan online. Media televisi terganggu media sosial dengan berbagai layanan aplikasi, seperti youtube.
Media global platform digitial seperti google juga ikut mendistribusikan berita dan mengambil banyak iklan. Artificial Intelligence (AI) yang mendaur ulang informasi, turut menawarkan kerja jurnalisme, termasuk mengolah informasi menjadi karya tulis.