Pengantar Redaksi:
Mulai edisi ini, Redaksi akan menurunkan berbagai tulisan menarik dari kalangan kampus, bisa dosen bisa pula mahasiswa, yang memiliki pemikiran progresif untuk mendorong percepatan pembangunan bagi masyarakat di daerah.
Rubrik khusus bagi kalangan akademis ini memang disediakan sebagai ruang ekspresi bagi dosen, mahasiswa dan segenap civitas kampus yang hendak berkontribusi pada proses pencerahan dengan nalar akademis yang positif.
Redaksi Banuaterkini.com selalu melakukan terobosan-terobosan baru bagi pengayaan literasi untuk masyarakat, dalam rangka mendorong tumbuhnya kecerdasan sosial dan dalam rangka mendukung pemerintah menyongsong era industri digital 4.0.
Tulisan berikut adalah buah pikiran, Khairu Rizki Rahmatullah, seorang mahasiwa Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat.
Penulis: Khairu Rizki Rahmatullah*
Prolog
LAHAN basah adalah istilah kolektif untuk ekosistem yang pembentukannya dikendalikan oleh air dan yang proses dan sifatnya terutama dikendalikan oleh air. Lahan basah adalah tempat yang cukup lembab untuk jangka waktu yang lama untuk tumbuh-tumbuhan yang beradaptasi secara khusus dan organisme lain untuk berkembang (Maltby, 1986). Lahan basah didefinisikan berdasarkan tiga parameter: hidrologi, vegetasi air, dan tanah lembab (Cassel, 1997).