Di tengah hiruk-pikuk dunia hukum yang seringkali kaku dan penuh formalitas, Dr. H. Fauzan Ramon, SH, MH tampil sebagai sosok yang berbeda. Fauzan Ramon bukan sekadar advokat senior dengan jam terbang tinggi dan portofolio perkara yang panjang.
Banuaterkini.com, BANJARMASIN - Di balik toga dan gelar akademiknya, tersimpan kehangatan dan kesederhanaan yang menjangkau lintas status sosial.
Baru-baru ini, saat menghadiri acara Halal Bihalal Ikatan Keluarga Kerakatan Hulu Sungai Selatan (IKK HSS), Fauzan tampak santai berbincang dengan mantan Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin.
Mereka berbagi tawa ringan, seperti dua sahabat lama yang bertemu kembali di tengah keramaian. Tidak ada sekat hierarki, tidak ada basa-basi protokoler.
Momen itu menjadi gambaran nyata bagaimana Fauzan menjalin relasi yang tidak kaleng-kaleng dengan para tokoh penting di daerah, baik yang masih menjabat maupun yang telah purnatugas.
Namun, jangkauan sosial Fauzan tak hanya berhenti pada lingkaran elite.
Ia juga dikenal tidak pernah membeda-bedakan latar belakang sosial siapa pun yang ia kenal.
Saat kabar duka menyelimuti dunia jurnalistik Kalsel karena wafatnya Amir Hamzah, seorang jurnalis senior yang juga sahabat lamanya semasa kuliah, Fauzan datang melayat, hadir bukan sebagai tokoh publik, tapi sebagai teman yang kehilangan.
Di tengah suasana duka itu, ia bertegur sapa hangat dengan Subhan Noor Yaumil, Penjabat Wali Kota Banjarbaru yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badas Keuangan Daerah (Bakeuda) Kalsel.
Yang menarik, keakraban itu tak bersifat selektif. Fauzan juga tampak berbincang akrab dengan Mukhyar, mantan Sekretaris Daerah Kota Banjarmasin yang hadir untuk ikut menshalatkan jenazah.
Di mata Fauzan, setiap pertemuan, baik dalam suka maupun duka, adalah jembatan kemanusiaan yang harus dirawat.
Kebersahajaannya juga tercermin dalam momen santai yang ia ciptakan sendiri.
Pada Minggu, 4 Mei 2025, Fauzan mengajak sejumlah teman lamanya semasa kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin menyusuri Sungai Martapura.
Mereka memulai perjalanan dari Siring Banjarmasin, menikmati suasana kota dari atas perahu kelotok yang menyisir tepian sungai.
Suasana penuh nostalgia itu ditutup dengan sarapan bersama di Soto Bang Amat, Banua Anyar, tempat makan legendaris yang seakan mengembalikan memori masa muda mereka.
Tak hanya dalam pertemuan resmi, Fauzan pun menunjukkan keramahannya dalam suasana yang lebih intim dan spiritual.
Pada Rabu, 8 Mei 2025 lalu, ia terlihat bersenda gurau di kediaman dai kondang asal Samarinda, KH Muhammad Zhofaruddin alias Guru Udin.
Percakapan hangat yang diselingi canda ringan menggambarkan bahwa Fauzan tak hanya dekat dengan kalangan birokrat atau akademisi, tetapi juga dengan tokoh agama dan masyarakat akar rumput.
Dalam setiap langkahnya, Fauzan Ramon membuktikan bahwa keagungan seorang tokoh bukan terletak pada gelar atau jabatannya, tetapi pada caranya memperlakukan orang lain, dengan hormat, setara, dan tulus.
Sosoknya menjadi pengingat bahwa integritas seorang advokat tidak hanya diukur dari seberapa hebat ia membela klien di pengadilan, tapi juga dari seberapa tulus ia menjalin hubungan kemanusiaan di luar ruang sidang.