Imbas Kebijakan Trump, China Ancam Negara yang Pro Amerika

Redaksi - Senin, 21 April 2025 | 17:05 WIB

Post View : 12

ILUSTRASI: Donald Trump dan Xi Jinping saling berhadapan dalam perang dagang moder, yang berdampak pada perekonomian global. (BANUATERKINI @2025)

Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China kian memanas. Pemerintah China mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara yang mendukung kebijakan dagang Presiden AS Donald Trump, menyatakan akan mengambil langkah balasan jika dukungan tersebut merugikan kepentingan Beijing. 

Banuaterkini.com, BEIJING – Pernyataan tegas dari Kementerian Perdagangan China itu dirilis menyusul laporan bahwa pemerintahan Trump akan menggunakan strategi tarif untuk menekan mitra dagangnya agar mengurangi kerja sama dengan China.

Kebijakan ini diprediksi memperluas dampak perang dagang hingga ke negara-negara sekutu Amerika Serikat.

“China dengan tegas menentang segala bentuk kerja sama internasional yang mengorbankan kepentingan kami. Jika negara mana pun memilih jalan itu, China tidak akan tinggal diam dan akan mengambil tindakan balasan yang setimpal,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, Senin (21/4/2025), dikutip dari Kompas.com.

Dalam beberapa pekan terakhir, Trump telah menaikkan tarif atas produk China menjadi 145 persen, sekaligus menunda kenaikan tarif pada negara-negara lain selama 90 hari.

Langkah ini ditafsirkan sebagai tekanan diplomatik agar negara-negara tersebut memilih untuk berpihak.

Sebagai respons, Beijing memberlakukan tarif balasan sebesar 125 persen atas barang-barang asal AS, membatasi ekspor mineral strategis, serta memasukkan sejumlah perusahaan Amerika ke dalam daftar hitam perdagangan.

Langkah ini diyakini sebagai sinyal bahwa China siap menghadapi dampak lebih luas dari konflik dagang tersebut.

Presiden China Xi Jinping juga mengintensifkan hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara.

Dalam kunjungannya ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, Xi menyerukan solidaritas kawasan untuk melawan “perundungan sepihak” yang dilakukan oleh negara adidaya, tanpa menyebut nama secara langsung.

“Perdagangan tidak boleh kembali pada hukum rimba. Kami akan menjaga keadilan dan keterbukaan internasional,” tegas pernyataan resmi Kementerian Perdagangan China.

Analis internasional menilai eskalasi ini akan memperpanjang ketidakpastian global, terutama jika negara-negara mitra AS terpaksa memilih antara dua kekuatan besar dunia.

Meski Trump mengklaim kesepakatan dagang dapat tercapai dalam beberapa minggu, banyak pihak meragukan kemungkinannya.

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, China menunjuk Li Chenggang, mantan duta besar untuk WTO, sebagai negosiator utama yang baru, dan resmi mengajukan gugatan terhadap AS di badan perdagangan dunia tersebut.

Laporan: Ariel Subarkah
Editor: Indra Jaya

Halaman:
Baca Juga :  Arkeolog Kamboja Sukses Restorasi Tangga dan Pagar Angkor Wat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev