Di tengah hiruk-pikuk arus lalu lintas Jalan Ahmad Yani Km 12,500, berdiri sebuah rumah ibadah yang memadukan pesona tradisi dan denyut kehidupan modern, yaitu Masjid As-Su’ada Syekh Abdul Kadir Hasan.
Banuaterkini.com, BANJAR - Terletak di lingkungan Kampus Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (UNUKASE), masjid ini bukan sekadar tempat bersujud, tetapi juga menjadi simpul silaturahmi dan ruang teduh bagi siapa pun yang singgah.
Setiap hari Jumat, seperti yang terjadi pada 8 Agustus 2025 lalu, suasana di halaman masjid terasa berbeda. Sejak pagi, deretan kendaraan memenuhi area parkir yang luas.
Tak hanya civitas akademika UNUKASE, jemaah yang datang juga berasal dari masyarakat sekitar, para pekerja kantor, hingga sopir lintas provinsi.
Lokasinya yang strategis membuat masjid ini menjadi “pit stop” rohani bagi mereka yang menempuh perjalanan dari Banjarmasin menuju Hulu Sungai atau Kalimantan Timur.
Yang membedakan Masjid As-Su’ada dari bangunan ibadah lain adalah desainnya yang mengusung filosofi “mesjid baangkat”, gaya tradisional Banjar dengan tiang dan lantai dari kayu ulin.
Sentuhan ini bukan hanya menghadirkan estetika unik, tetapi juga menyimpan kehangatan masa lalu, seolah menyatukan generasi demi generasi di bawah atap yang sama.
Teras terbuka memberi kesempatan hembusan angin segar untuk menyapa jamaah, membuat suasana ibadah terasa sejuk sekaligus khidmat.
Pada Jumat itu, KH. M. Bushiri memimpin sebagai imam sekaligus khatib. Dalam khutbahnya, ia mengajak jemaah untuk merenungi betapa luasnya rahmat Allah.
“Kita wajib bersyukur sebagai umat Nabi Muhammad SAW, karena taubat kita diterima walau dosa sebanyak buih di laut, pasir di pantai, atau daun di muka bumi,” ucapnya.
Pesan istighfar yang disampaikannya mengalun lembut namun menghujam, menegaskan bahwa pintu ampunan selalu terbuka bagi mereka yang tulus memohon.
Usai shalat, kehangatan terasa kian nyata. Tim Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UNUKASE membagikan nasi bungkus kepada para jemaah.
Senyum dan ucapan terima kasih bersahutan, menambah berkah yang tak hanya terasa di hati, tetapi juga di perut yang lapar.
Momen sederhana ini memperlihatkan bahwa masjid bukan hanya tempat menghadap Tuhan, tetapi juga ruang berbagi sesama manusia.