Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, kembali menjadi sorotan nasional usai ribuan massa turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa bertajuk “Turun Anwar” yang berlangsung pada Sabtu, 26 Juli 2025. Aksi ini menjadi salah satu yang terbesar sejak Anwar menjabat sebagai Perdana Menteri pada 2022.
Banuaterkini.com, KUALA LUMPUR – Seperti dikutip dari freemalaysiatoday.com (26/07/2025), demonstrasi dimulai sejak pukul 14.00 waktu setempat di sekitar Kompleks Sogo dan Pertama Complex, sebelum massa bergerak menuju Lapangan Merdeka.
Sebagian besar peserta mengenakan pakaian serba hitam dengan atribut bertuliskan "Turun Anwar", sebagai simbol kekecewaan terhadap kepemimpinan Anwar.
Unjuk rasa ini tidak hanya digerakkan oleh kelompok oposisi seperti PAS Youth, tetapi juga mendapat dukungan simbolik dari mantan Perdana Menteri, Tun Dr. Mahathir Mohamad, yang secara terang-terangan menyatakan bahwa Anwar telah gagal memenuhi janji politiknya.
Dalam pidatonya yang dikutip dari reuters.com (27/07/2025), Mahathir mengatakan.
“Sudah lebih dua tahun, apa yang rakyat dapat? Dia bersenang-senang, rakyat menderita. Cukup sudah. Turunkan dia.”
Aksi ini berlangsung damai, dengan ribuan peserta menyanyikan lagu kebangsaan dan mendengarkan orasi dari para pemimpin oposisi, termasuk aktivis mahasiswa dan tokoh-tokoh pro-demokrasi.
Kemarahan publik terhadap Anwar Ibrahim dipicu oleh kenaikan biaya hidup, reformasi pajak yang membebani, serta kebijakan subsidi yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.
Pemerintah Anwar memperluas cakupan pajak penjualan dan jasa (SST), serta menyesuaikan subsidi bahan bakar, yang kemudian berdampak pada harga-harga kebutuhan pokok.
Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran di kalangan menengah ke bawah, yang merasa makin tercekik secara ekonomi.
Seperti dikutip dari reuters.com (23/07/2025), Anwar telah mengumumkan pemberian bantuan tunai RM100 kepada seluruh warga dewasa mulai 31 Agustus mendatang, serta komitmen menurunkan harga bahan bakar RON95 menjadi RM1,99 per liter.
Namun langkah tersebut dinilai sebagai respons reaktif dan belum cukup meredakan kemarahan publik.
Menanggapi gelombang demonstrasi yang menyerukan pengunduran dirinya, Anwar Ibrahim menanggapi santai.
“Saya tidak diundang,” ujarnya kepada wartawan setelah menutup Kompetisi Debat Piala Perdana Menteri ke-50 di Putrajaya, seperti dikutip dari thestar.com.my (27/07/2025).
Sebelumnya, saat menyampaikan pidato di Upacara Peletakan Batu Pertama Kompleks Sipil Teluk Kumbar pada 19 Juli lalu, Anwar menegaskan dirinya tidak akan mundur.
“Saya tidak akan mundur. Saya tidak mencuri uang rakyat,” tegasnya, seperti dikutip dari thestar.com.my (19/07/2025).
Anwar juga menyatakan bahwa pergantian kepemimpinan harus dilakukan melalui jalur hukum dan parlemen, bukan tekanan jalanan.
“Jika saya mencuri, Anda bisa suruh saya mundur. Tapi saya tidak mencuri,” tambahnya.
Keterlibatan Mahathir dalam aksi ini menghidupkan kembali konflik panjang antara dua tokoh paling berpengaruh dalam politik Malaysia.
Sejak berpisah jalur politik usai kemenangan bersama pada Pemilu 2018, hubungan Mahathir dan Anwar kembali memburuk.
Kini, Mahathir tampil sebagai oposisi keras terhadap mantan sekutunya tersebut.
Menurut channelnewsasia.com (26/07/2025), Mahathir menuduh Anwar telah menyalahgunakan kekuasaan dan gagal memenuhi ekspektasi rakyat.
Mahathir juga menyindir adanya selektif hukum terhadap tokoh-tokoh politik yang dekat dengan pemerintah.
Gelombang protes "Turun Anwar" menjadi tanda serius bahwa kepercayaan publik terhadap Anwar Ibrahim mengalami erosi.
Dukungan dari tokoh besar seperti Mahathir Mohamad memperkuat tekanan terhadap pemerintah.
Meski demikian, Anwar tetap bersikeras bertahan dengan dalih tidak bersalah dan menjanjikan reformasi berkelanjutan.
Namun, dengan meningkatnya tekanan dari oposisi dan masyarakat sipil, masa depan politik Anwar Ibrahim kini berada dalam sorotan tajam, baik di dalam negeri maupun internasional.