Laporan: Indra SN l Editor: Ghazali Rahman
Gempa bumi dahsyat berkekuatan M 7,8 mengguncang wilayah Turki dan Suriah. Korban tewas akibat gempa mencapai lebih dari 3.800 orang.
Jakarta, Banuaterkini.com - Sementara lebih 14.500 lainnya dilaporkan terluka, dan diperkirakan masih banyak yang belum diketahui nasibnya karena tertimpa reruntuhan bangunan.
Gempa dengan magnitudo 7,8 yang melanda Turki dan Suriah Senin (06/03/2023) kemungkinan merupakan salah satu bencana yang paling mematikan dalam dekade ini dengan korban jiwa diperkirakan mencapai puluhan ribu orang.
Pusat gempa berada sekitar 26 km sebelah timur kota Nurdagi di Turki pada kedalaman sekitar 18 km di Patahan Anatolia Timur. Gempa menyebar ke arah timur laut, membawa kehancuran ke Turki tengah dan Suriah.
Selama abad ke-20, Patahan Anatolia Timur menghasilkan sedikit aktivitas seismik besar.
"Jika kita hanya melihat gempa (besar) yang direkam oleh seismometer, itu akan terlihat kurang lebih kosong," kata Roger Musson, rekan peneliti kehormatan di British Geological Survey, seperti dikutip CNBCIndonesia.
Hanya tiga gempa bumi yang terdaftar di atas 6,0 Skala Richter (SR) sejak 1970 di daerah tersebut, menurut Survei Geologi AS (USGS). Namun, pada 1822, gempa berkekuatan 7,0 melanda wilayah tersebut, menewaskan sekitar 20.000 orang.
Di turki, rata-rata ada kurang dari 20 gempa bermagnitudo lebih dari 7,0 setiap tahun. Hal itu membuat peristiwa baru-baru ini tergolong kejadian luar biasa.
Joanna Faure Walker, kepala Institut Pengurangan Risiko dan Bencana University College London, menjelaskan dibandingkan dengan gempa M 6,2 yang melanda Italia tengah pada 2016 dan menewaskan sekitar 300 orang, gempa Turki-Suriah melepaskan energi 250 kali lebih banyak.
Hal tersebut diungkapkan seismolog mengacu pada dengan retakan lebih dari 100 km antara lempeng Anatolia dan Arab.
Lalu, mengapa efek gempa tersebut begitu dahsyat dan apa yang akan terjadi setelahnya? Berikut penjelasannya sebagaimana dikutip Banuaterkini.com dari Reuters, Selasa (07/02/2023).