Laporan: Muhammad Noor l Editor: Ghazali Rahman
Sungguh sangat miris dan memprihatinkan kondisi yang di alami oleh Hj Hafsah, warga Desa Banua Raya, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut ini. Berbulan-bulan terdampak banjir, berusaha tetap bertahan dengan kemampuan seadanya mencukupi kebutuhannya.
Pelaihari, Banuaterkini.com - Hj Hafsah bersama suaminya H Gojali yang sedang terbaring sakit dan anaknya yang mengalami keterbalakangan mental berusaha bertahan dalam kepungan banjir, meski dengan makanan seadanya.
Saat jurnalis Banuaterkini.com, Muhammad Noor pada Kamis (09/03/2023) mendatangi rumah yang strukturnya kebanyak terbuat dari kayu itu, tampak air mengenangi lantai rumah hingga sebetis orang dewasa.
Untuk melakukan aktivitas di rumah termasuk memasak dan aktivitas lainnya, ia terpaksa membuat undakan dari papan seadanya. Di tempat itulah ia makan dan tidur saat malam hari.
Hj Hafsah kepada media ini menuturkan kalo selama rumahnya terendam banjir semua aktifitasnya sangat terganggu. Parahnya hingga berita ini diturunkan tidak ada satupun bantuan yang datang, apalagi bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Laut.
“Selama rumah kami calap (bahasa Banjar: kebanjiran) kurang lebih dua bulanan ini nggak ada bantuan dari pemerintah daerah, yang ada dari relawan mahasiswa dan juga Anak almarhum Haji Abidin, Ibu Hj Mariana,“ ungkapnya.
Untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, Hj Hafsah mengaku dirinya terpaksa berjualan kue di sekitar rumahnya.
H Hafsah bukanlah satu-satunya warga yang terdampak banjir di daerah itu. Pantauan Banuaterkini.com. setidaknya ada puluhan rumah dengan ratusan kepala keluarga yang tinggal di 3 Rt berbeda yang juga mengalami nasib serupa.
Ketua RT 15, RW 02 Desa Banua Raya, Syamsudin menuturkan, penyebab lambatnya air turun diduga karena proyek lahan 1 juta hektar yang pernah ada di sekitar kawasan desa tersebut.
“Dahulu di hilir sungai yaitu di Kecamatan Kurau ada proyek lahan 1 juta hektar, sehingga aliran sungai dari Desa Banua Raya menuju laut di bendung. Setelah sekian lama akhirnya daerah muara sungai ke laut pun terjadi pendangkalan. Akibatnya, debit air yang keluar menuju laut sedikit, inilah penyebab air tertahan lama di sini hingga terjadilah banjir berbulan-bulan yang berdampak kepada ratusan warga di sini,“ papar Syamsuddin.
Syamsuddin berharap, ada upaya Pemkab Tanah Laut untuk segera menormalisasi sungai yang ada di muara laut daerah Kecamatan Kurau, agar air yang merendam kampung di kawasan tersebut segera surut.
“Ulun minta pemda segera memperdalam dan memperlebar sungai yang di muara laut daerah Kecamatan Kurau, agar air yang merendam pemukiman warga kami cepat surut,” pintanya.
Kepala Desa Banua Raya Sailil Irpan yang dihubungi media ini mengatakan, bahwa keadaan warganya yang terdampak banjir tersebut memang sangat memprihatikan. Sehingga ia meminta ada perhatian dari Pemerintah.
Selain itu, Pambakal Saili Irfan juga mengharapkan ada anggaran yang dialokasikan Pemkab Tala untuk menaikkan posisi rumah di kawasan tersebut agar tidak selalu terdampak banjir setiap tahunnya.
“Kondisi warga kami yang berbulan-bulan terdampak banjir ini sangat memprihatinkan, kami harapkan ada tanggapan dan bantuan dari instansi terkait. Kami juga mohon bisa anggarkan untuk bantuan kepada warga untuk biaya pengangkatan rumah warga yang setiap tahun terdampak banjir ini,” harapnya.
Lebih lanjut Sailil Irfan juga meminta agar Pemkab bertindak cepat untuk menormalisasi sungai-sungai yang dangkal di kawasan tersebut.
“Kami berharap Pemkab Tala segera menormalisasi sungai-sungai atau memperdalam sungai yang dangkal dari desa Banua Raya ini, agar air dapat mengalir ke muara laut, agar air cepat surut,” pungkasnya.