Dalam wajah teduhnya tersimpan semangat yang tak pernah padam. Dialah Siti Muslimah (22), mahasiswi semester 5 Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (UNUKASE), yang kini menorehkan sejarah baru dengan lolos sebagai peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) XVIII 2025. Ajang bergengsi ini akan digelar di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, pada 6–9 Oktober mendatang.
Banuaterkini.com, BANJARMASIN - Kisah Muslimah bukan hanya tentang prestasi, tetapi juga tentang ketabahan seorang anak petani dari Batulicin yang menjadikan Qur’an, ilmu, dan olahraga sebagai jalan hidupnya.
Lahir di Kotabaru pada 7 Maret 2003, Muslimah adalah anak bungsu dari pasangan Mukhlis, seorang petani, dan Hasnah, ibu rumah tangga.
Sejak kecil ia dibiasakan hidup sederhana, namun nilai kerja keras dan cinta ilmu selalu melekat.
Dari bangku TK Tunas Karya hingga SDN 2 Manurung, prestasi pertamanya sudah tampak.
Di usia sekolah dasar, ia meraih Juara 3 Sari Tilawah dan Tartil Putri tingkat Kecamatan Kusan Hilir.
Bagi Muslimah kecil, kemenangan itu bukan sekadar piala, melainkan tanda bahwa jalan hidupnya akan dekat dengan Qur’an.
Langkah Muslimah berlanjut ke MTsN 1 Tanah Bumbu, lalu ke Pondok Pesantren Al-Kautsar Satui.
Di pesantren, ia menemukan kecintaan baru: seni kaligrafi.
Dari sana, deretan prestasi lahir, mulai dari Juara 2 Kaligrafi Putri Ponpes Al-Kautsar (2018) hingga Juara 1 Kaligrafi Kontemporer tingkat Kabupaten Kotabaru (2024).
Tidak hanya itu, sederet capaian lain seperti Juara 1 Kaligrafi Hiasan Mushaf tingkat Batulicin (2025) dan Juara 1 Administrasi TPQ tingkat Kusan Tengah (2025) kian mempertegas konsistensinya sebagai generasi Qur’ani yang berprestasi.
“Kaligrafi bagi saya bukan hanya seni, tetapi doa yang ditulis dengan penuh rasa,” ujar Muslimah suatu kali.
Kini, sebagai mahasiswi UNUKASE, Muslimah dikenal aktif dan berdedikasi.
Ia mengajar anak-anak di TPA Alhidayah Unit 171 Desa Manurung, berbagi ilmu sebagaimana ia dahulu menerima bimbingan.
Baginya, pendidikan dan dakwah berjalan seiring, menjadi bekal untuk membangun generasi Qur’ani di daerah.
Rektor UNUKASE, Abrani Sulaiman, memberi apresiasi mendalam.
“Prestasi Muslimah adalah cermin mahasiswa UNUKASE: unggul, religius, dan berdedikasi.
Ia membawa nama kampus ke panggung nasional, sekaligus menginspirasi banyak orang,” tuturnya.
Uniknya, Muslimah tidak hanya piawai di dunia tilawah dan kaligrafi.
Ia juga seorang atlet panahan, kini tengah berlatih di Semarang bersama Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI).
Panahan, baginya, bukan sekadar olahraga.
“Dalam panahan kita belajar kesabaran, fokus, dan kendali diri. Sama seperti menulis kaligrafi, butuh ketenangan batin,” ucapnya.
Perpaduan dua dunia inilah yang membuatnya istimewa: seni, olahraga, dan religiusitas berpadu dalam satu pribadi.
Prestasi demi prestasi yang diraih Muslimah menegaskan bahwa anak desa pun mampu menembus panggung nasional.
Dari sawah di Batulicin hingga gelanggang MTQ nasional, ia membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan, melainkan pijakan menuju mimpi besar.
Kini, ia berdiri sebagai simbol generasi muda Qur’ani yang tak hanya mengejar prestasi akademik, tetapi juga menghidupkan nilai spiritual, seni, dan olahraga.
Perjalanan Siti Muslimah adalah pengingat bahwa Indonesia Emas 2045 akan lahir dari generasi yang beriman, berilmu, dan berkarakter.