Kiprah BPOM yang tak hanya bergerak di tingkat global, tetapi juga memperkuat edukasi masyarakat di daerah agar semakin sadar pentingnya swamedikasi yang aman dan bertanggung jawab.
Banuaterkini.com, NUSA DUA — Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali menunjukkan komitmennya untuk memperluas literasi obat dan pangan hingga ke daerah melalui partisipasi dalam Asia Pacific Self-Medication Industry (APSMI) Meeting and Seminar di Bali, 9–10 Oktober 2025.
Forum yang diikuti regulator dan pelaku industri dari Asia Pasifik ini membahas kolaborasi memperkuat self-care atau swamedikasi, upaya masyarakat menjaga kesehatan secara mandiri untuk mengurangi beban fasilitas kesehatan.
Kepala BPOM Taruna Ikrar menegaskan, literasi kesehatan tidak bisa dibangun oleh satu pihak saja.
“Perlu kolaborasi lintas sektor antara regulator, akademisi, industri, media, dan masyarakat sipil agar kita dapat membangun bangsa yang lebih sehat dan tangguh,” ujarnya, seperti dikutip dari pom.go.id.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tren masyarakat Indonesia melakukan pengobatan mandiri terus meningkat hingga mencapai 84,23 persen pada 2021 dan masih bertahan tinggi.
Kondisi ini menjadi dasar bagi BPOM memperluas edukasi publik melalui program “Cek KLIK” yang telah menyentuh berbagai daerah, termasuk Kalimantan dan Sumatera.
Selain edukasi, BPOM memperkuat pengawasan mutu obat dan makanan dengan sistem digital berbasis barcode serta e-label agar masyarakat mudah memeriksa keaslian produk di pasaran.
Langkah ini dinilai penting terutama di daerah yang kerap menjadi target peredaran obat ilegal.
Ketua APSMI Rachmadi Joesoef menilai dukungan BPOM sangat vital bagi penguatan sistem kesehatan di kawasan Asia Pasifik.
Kolaborasi ini diharapkan dapat melahirkan kebijakan bersama yang berpihak pada masyarakat.
Partisipasi BPOM di APSMI Bali bukan sekadar simbol internasional, tetapi cermin komitmen nyata lembaga ini dalam menguatkan literasi obat dan pangan hingga ke daerah pelosok Indonesia.