TBC masih menjadi tantangan besar kesehatan publik di Indonesia. Pemahaman masyarakat tentang gejala awal penyakit ini sangat penting untuk mencegah penularan yang lebih luas.

Banuaterkini.com,JAKARTA — Tuberkulosis (TBC) paru masih menjadi salah satu penyakit menular dengan angka kasus tinggi di Indonesia.

Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar melalui udara dapat menginfeksi siapa saja, terutama di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan sanitasi rendah.

Dikutip dari iNews.id, gejala awal TBC sering kali disalahartikan sebagai batuk ringan atau flu musiman.

Dokter menyebutkan bahwa batuk yang berlangsung lebih dari dua hingga tiga minggu, disertai dahak atau darah, adalah tanda yang perlu segera diperiksa.

Selain itu, demam ringan berulang, keringat malam, penurunan berat badan tanpa sebab, dan kelelahan berkepanjangan juga merupakan gejala umum.

Jika tidak segera diobati, bakteri TBC dapat menyebar ke organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, ginjal, atau otak, meski kasus ini lebih jarang terjadi.

Pemeriksaan medis melalui tes dahak, rontgen dada, dan pemeriksaan fisik diperlukan untuk memastikan diagnosis.

Pengobatan TBC membutuhkan kepatuhan tinggi, biasanya dengan kombinasi antibiotik selama enam bulan atau lebih.

Pemerintah dan tenaga medis terus mengingatkan masyarakat agar tidak menghentikan pengobatan di tengah jalan, karena hal itu dapat memicu resistensi obat.

Dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, TBC dapat disembuhkan sepenuhnya.

Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala-gejala tersebut, demi melindungi diri sendiri dan mencegah penularan ke orang lain.