Momen penuh haru terjadi di halaman Gedung Sate, Bandung, saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-117. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memeluk erat sejumlah siswa peserta program bela negara yang berdiri sendiri tanpa dijemput orang tua. Air mata mengalir, pelukan terasa dalam, hari itu, mereka menemukan sosok ayah dalam diri seorang pemimpin.
Banuaterkini.com, BANDUNG - Sebanyak 273 pelajar dari berbagai daerah di Jawa Barat resmi menuntaskan program pendidikan karakter Gapura Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi.
Program ini digelar untuk membentuk mental dan karakter pelajar melalui pembinaan ala militer selama 18 hari.
Sebagian peserta mendapat kehormatan menjadi petugas upacara Hari Kebangkitan Nasional, mulai dari pasukan pengibar bendera hingga defile bersama 11 kesatuan elit TNI/Polri.
Namun, di balik kebanggaan itu, terselip momen yang menyayat hati.
Beberapa siswa tampak berdiri terpaku setelah upacara selesai. Tak ada senyum sambutan, tak ada pelukan hangat dari keluarga. Mereka tak dijemput.
Mengetahui hal itu, Gubernur Dedi Mulyadi langsung mendekat. Satu per satu, siswa yang tidak dijemput itu dipeluk dengan penuh kasih.
“Hari ini, mereka yang tak dijemput, atau yatim piatu, mulai sekarang jadi anak saya. Mereka akan tinggal dan sekolah di Bandung,” ucap Dedi dengan suara bergetar, seperti dilansir dari Bisnis.com.
Ia menegaskan bahwa para siswa itu akan mendapat pendidikan yang layak dan diarahkan untuk meraih masa depan cerah, baik sebagai anggota TNI, Polri, ASN, maupun profesi lainnya.
“Saya yakin, kalian semua bisa jadi apapun. Tentara, polisi, dokter, guru, bahkan petani pun bisa hebat. Yang penting kalian jadi orang berguna,” kata Dedi memberi semangat.
Tak hanya itu, Gubernur Dedi juga menanggapi kritik terhadap program bela negara ini.
Menurutnya, hasil yang ditunjukkan para siswa membuktikan keberhasilan pendekatan karakter yang selama ini diragukan sebagian pihak.
Sementara itu, Gusti Ayu Dewi, seorang pakar grafologi yang ikut mendampingi program, mengingatkan pentingnya dukungan keluarga pasca-program.
“Mereka sudah tumbuh. Tapi kalau tidak disiram oleh lingkungan, bisa layu kembali,” ujarnya.
Momen pelukan Dedi Mulyadi pada siswa-siswa tersebut viral di media sosial, memicu gelombang simpati dan apresiasi dari masyarakat.
Banyak yang menyebut, inilah contoh nyata pemimpin yang tidak hanya memimpin, tapi juga merangkul.