Kalimantan Kritis! WALHI Peringatkan Ancaman Krisis Iklim

Redaksi - Kamis, 5 Juni 2025 | 17:39 WIB

Post View : 8

Aktivis WALHI membentangkan spanduk bertuliskan “#HentikanDeforestasi” di Jembatan Barito. Aksi ini memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (BANUATERKINI/Walhi Kalselteng)

Kalimantan berada di ujung tanduk. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memperingatkan ancaman krisis iklim yang kian nyata akibat deforestasi massif dan masifnya aktivitas tambang batu bara yang terus merusak hutan hujan tropis pulau ini.

Banuaterkini.com, BANJARMASIN — Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, WALHI Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah menggelar aksi simbolik di Jembatan Barito, Kalimantan Selatan, Kamis (05/06/2025).

Dalam aksi tersebut, WALHI menyerukan penghentian deforestasi dan transisi energi bersih sebagai langkah darurat menghadapi krisis iklim yang kian mengancam Kalimantan.

Menurut WALHI, ketergantungan Indonesia pada energi fosil dan eksploitasi sumber daya alam ekstraktif menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di Kalimantan.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito kini berada dalam kondisi krisis ekologis akut akibat pembukaan lahan tambang batu bara yang tak terkendali.

“Setiap batang kayu yang tumbang untuk tambang batu bara adalah simbol kegagalan negara dalam melindungi rakyat dan lingkungan hidupnya,” tegas Raden Rafiq, Direktur Eksekutif WALHI Kalsel.

Tongkang pengangkut batu bara melintas di bawah Jembatan Barito saat aksi damai WALHI. Aktivis serukan penghentian deforestasi dan transisi energi bersih di Kalimantan. (BANUATERKINI/Walhi Kalselteng)

Data WALHI mencatat lonjakan deforestasi dalam dua dekade terakhir seiring meluasnya izin pertambangan.

Di tahun 2023 saja, Provinsi Kalsel telah kehilangan 16.067 hektar hutan, sementara di Provinsi Kalteng deforestasi bahkan melampaui 63.000 hektar pada 2023-2024, berdasarkan laporan Auriga Nusantara.

Sungai Barito yang dulunya menjadi sumber kehidupan masyarakat lokal kini justru menjadi jalur utama pengangkutan batu bara ke luar Kalimantan.

Setiap hari, ratusan tongkang batu bara hilir-mudik di sungai ini, meninggalkan kerusakan ekosistem, konflik sosial, serta memperbesar risiko bencana ekologis.

Sementara itu, Direktur Eksekutif WALHI Kalteng, Bayu Herinata menegaskan, deforestasi tidak hanya merusak keanekaragaman hayati, tetapi juga memperparah dampak perubahan iklim.

“Masyarakat adat yang menjaga hutan justru dijadikan korban. Pemerintah bukan hanya gagal melindungi mereka, tapi sering memihak korporasi tambang yang memperbesar konflik agraria di Kalimantan,” ujarnya.

Selain lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, WALHI juga menyoroti pembiaran terhadap perluasan tambang hingga ke kawasan gambut dan sempadan sungai, yang seharusnya menjadi zona lindung ekologis.

Dalam aksi tersebut, aktivis WALHI membentangkan spanduk dengan pesan tegas seperti #EndCoal, Hentikan Deforestasi, dan Transisi Energi Sekarang.

Aksi di atas Jembatan Barito dilanjutkan dengan susur Sungai Barito, menyusuri perairan yang kini dipadati kapal-kapal tongkang batu bara, potret nyata dari wajah krisis ekologis Kalimantan hari ini.

Laporan: Ahmad Kusairi
Editor: Ghazali Rahman
Copyright @Banuaterkini 2025

Halaman:
Baca Juga :  Transjabodetabek P11 Bogor-Blok M: Tarif Rp3.500, Waktu Tempuh 90 Menit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev