Begitu melangkah masuk ke Rumah Makan Bahrein pada Sabtu (16/08/2025) siang, aroma ikan tenggiri goreng langsung menyeruak, bercampur dengan kuah cuko yang kental bercitarasa manis pedas.
Banuaterkini.com, BOGOR - Seolah menjadi magnet, suasana ramai langsung terasa, pengunjung datang silih berganti, ada yang terburu-buru mencari tempat duduk, ada pula yang langsung mengantre di meja prasmanan.
Di meja panjang yang tertata rapi, berbagai varian empek-empek menggoda mata.
Kapal selam dengan telur utuh yang mengintip, lenjer goreng berwarna keemasan, hingga adaan bulat yang renyah di luar dan lembut di dalam.
Di sampingnya, tersaji pula tekwan, model, hingga mie celor yang hangat berkuah gurih. Semua berpadu dalam konsep All You Can Eat yang sedang digelar khusus menyambut HUT RI ke-80.
Antrean di depan meja kasir seakan tak pernah reda. Pengunjung, dari anak muda, keluarga besar, hingga orang tua, rela menunggu giliran.
Sebagian mengisi waktu dengan berbincang, sebagian lain sibuk mengabadikan momen.
Bahkan di kursi tunggu, beberapa orang tampak sabar menanti nomor antreannya dipanggil.
Suasana semakin hidup dengan dekorasi bernuansa merah putih.
Gapura balon dan lampion warna-warni menambah semangat kemerdekaan.
Tidak ada wajah lelah di sana, semua larut dalam suasana pesta kuliner yang meriah.
Di setiap meja, cerita berbeda tercipta. Seorang ayah tampak membantu anaknya mencelupkan empek-empek ke dalam kuah cuko.
Di meja lain, dua perempuan muda tertawa kecil sambil memotret piring penuh makanan khas Palembang.
Ada pula seorang nenek yang duduk tenang, sesekali tersenyum saat cucunya menyuapkan potongan adaan hangat.
Seorang pengunjung asal Bekasi yang sengaja datang bersama keluarga besarnya mengaku rindu akan cita rasa masa kecil.
“Rasanya sama persis seperti dulu ketika saya kecil di Palembang. Kuah cukonya benar-benar mengingatkan saya pada rumah,” ujarnya dengan mata berbinar.
Menurut pengelola, sejak dibuka pada Jumat (15/08/2025), lebih dari 500 pelanggan sudah mencicipi sajian khas Palembang ini.
Dengan masih ada satu hari menuju puncak perayaan 17 Agustus, mereka optimistis target seribu pengunjung akan tercapai.
“Kami ingin orang tidak hanya makan, tapi juga merasakan suasana Palembang. Mulai dari makanan, dekorasi, sampai musik yang kami putar,” ujar Lala, salah satu karyawan yang sibuk melayani pengunjung.
Fenomena ini seolah menegaskan bahwa kuliner bisa menjadi bahasa pemersatu.
Empek-empek, yang dulunya hanya dikenal sebagai makanan khas daerah, kini menjadi menu lintas kota, bahkan lintas generasi.
Di Rumah Makan Bahrein, kemerdekaan bukan hanya dirayakan lewat bendera dan lagu perjuangan, tetapi juga lewat rasa.
Setiap suapan empek-empek menjadi simbol persatuan—lidah boleh berbeda selera, tapi cuko pedas manis Palembang bisa menyatukan siapa saja.