Laporan: Muhammad Helmi Nafarin
Pasar sepeda di Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), pernah jadi lokasi favorit bagi para pencinta sepeda pada masanya. Hingga kinipun, pasar sepeda bekas yang kini bermetamorfosa menjadi 'Pasar Kasbah' atau pasar barang-barang bekas itu tetap eksis di tengah pertumbuhan pasar-pasar penjualan barang secara online.
Kandangan, Banuaterkini.com - Salah seorang penjual sepeda bekas asal Desa Tibung Raya, M Yusri menuturkan, bahwa Pasar Sepeda Kandangan meski digempur berbagai model penjualan sepeda secara digital, masih tetap eksis hingga sekarang.
Menurut pria berusia 60 tahun ini, pasar yang digelar pada hari Selasa dan Jumat itu, banyak menjual beraneka jenis sepeda, mulai dari sepeda ontel, phoenix, sepeda mini keranjang, sepeda gunung, dan sepeda seken modern memenuhi lokasi ini.
Pasar yang terletak di kawasan Jalan Rahman Bahran atau yang lebih dikenal dengan Jalan MTQ karena yang letaknya memang berdekatan dengan Gedung MTQ di Lapangan Lambung Mangkurat, Kandangan, setiap Selasa dan Jumat selalu ramai pengunjung.
"Baik yang datang sekedar melihat-lihat, berfoto termasuk yang memang ingin membeli sepeda bekas selalu ramai," kata Yusri kepada wartawan Banuaterkini.com, Minggu (26/11/2023).
Menurut Yusri, Pasar Sepeda yang menawarkan berbagai jenis sepeda mulai yang klasik hingga modern itu mulai beroperasi mulai pukul 07.00 Wita hingga pukul 12.00 siang.
Pedagang sepeda bekas datang dari berbagai daerah di HSS. Yang menarik, sebagian besar dari mereka adalah lansia berusia antara 50 hingga 70 tahun.
Mereka membawa sepeda bekas dalam jumlah dua hingga puluhan unit, menggunakan gerobak dorong, sepeda motor, atau mengendarai sepeda dengan satu tangan.
Tidak hanya dari HSS, pedagang juga datang dari Amuntai, Rantau, Barabai dan daerah lainnya untuk meramaikan pasar ini.
Informasi dari pedagang setempat menyebutkan, bahwa pasar sepeda ini terbilang tua karena sudah ada sejak tahun 1965, saat sepeda dianggap sebagai kendaraan mewah.
Saat ini, banyak pemilik menjual sepeda lama mereka karena pergeseran masyarakat ke transportasi bermesin. Di pasar ini, selain sepeda, tersedia juga onderdil asli yang sulit ditemukan di toko sepeda. Onderdil ini berasal dari sepeda yang tidak digunakan lagi.
Menurut Yusri, harga sepeda yang dijual di tempa titu bervariasi sesuai kondisi.
"Sepeda ontel dan phoenix dijual dengan harga antara Rp 600 ribu hingga Rp 2 juta, tergantung pada jenisnya, keunikan, dan kondisi fisiknya. Pengunjung diperbolehkan menguji sepeda dan memeriksa detailnya sebelum membeli," ungkap Yusri.
Yusri berharap, masyarakat dapat lebih terbantu dengan adanya pasar jual beli sepeda dan asesoris sepeda itu.
"Ini untuk memudahkan mereka membelikan anak-anak, orang tua, hingga dewasa, bahkan mencari peralatan sepeda. Para penjual sepeda juga dapat menambah rezeki dari penjualan yang laris manis," imbuhnya.
Seorang warga yang datang dari Desa Asam Cangkok, Idai (35 tahun), mengaku sangat senang dengan adanya pasar sepeda itu, karena membantu dirinya dalam mencari peralatan sepeda.
Idai, juga berharap agar pasar sepeda tersebut dapat menyediakan lebih banyak variasi sepeda dan alat sepeda agar masyarakat tidak kesulitan mencarinya.
"Ke depan, mudahan di pasar sepeda ini lebih banyak lagi peralatan sepeda mulai dari yang model lama hingga model sekarang dijual di Pasar Sepeda Kandangan ini," pungkasnya.
Kini, Pasar Sepeda kandangan, tak hanya menjual beraneka jenis sepeda mulai dari yang lawas hingga yang model kekinian termasuk yang elektrik.
Pasar ini sudah berubah menjadi pasar barang loak yang bagi orang Banjar disebut sebagai Pasar Kasbah alias pasar yang menjual berbagai barang bekas, seperti sepatu dan sendal bekas, Hape bekas, dan barang-barang bekas lainnya. (Hel).
Editor: Ghazali Rahamn