Tragedi menimpa Juwita, seorang jurnalis Newsway.co.id yang juga mahasiswa FISIP Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAB. Ia ditemukan meninggal dunia dalam insiden yang terjadi pada Sabtu (22/03/3035), di kawasan Gunung Kupang, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.
Banuaterkini.com, BANJARMASIN - Awalnya, kejadian ini disebut sebagai kecelakaan tunggal, tetapi berbagai kejanggalan dalam peristiwa tersebut memunculkan spekulasi di masyarakat.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNISKA MAB menyoroti dugaan ketidakwajaran dalam kematian Juwita dan mendesak pihak kepolisian untuk mengungkap fakta sebenarnya secara transparan.
Dalam pernyataan sikap yang diunggah di akun Instagram @bemuniska, mereka menyampaikan pernyataan dukacita mendalam atas meninggalnya Juwita serta menyerukan transparansi dan keadilan dalam proses penyelidikan.
“Kami memiliki tanggung jawab moral untuk mengawal setiap persoalan yang menyangkut kebenaran dan keadilan," tulis mereka.
Meskipun awalnya insiden ini diduga sebagai kecelakaan tunggal, sejumlah kejanggalan di lokasi kejadian telah memunculkan berbagai pertanyaan dan spekulasi di masyarakat.
"Kami mendesak aparat penegak hukum (APH) untuk mengusut tuntas kasus ini dengan transparansi dan profesionalisme serta membuka hasil penyelidikan kepada publik," ujar Wakil Presiden BEM UNISKA, Muhammad Anzari, dalam pernyataan resmi mereka.
BEM UNISKA juga menekankan pentingnya keadilan bagi almarhumah Juwita dan keluarganya.
Mereka berharap agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam proses hukum serta mendorong pengawalan oleh mahasiswa dan masyarakat luas guna memastikan kepastian hukum.
Dalam pernyataan sikap yang dirilis pada Senin (24/03/2025), BEM UNISKA menyampaikan tiga tuntutan penting:
Mendesak APH untuk mengusut tuntas kasus ini dengan transparansi dan membuka hasil penyelidikan ke publik.
Menuntut keadilan bagi Juwita dan keluarganya agar tidak ada pihak yang diperlakukan secara tidak adil.
Mengajak seluruh mahasiswa dan elemen masyarakat untuk turut mengawal perkembangan kasus ini guna memastikan adanya kepastian hukum.
Untuk diketahui, berdasarkan informasi yang beredar, penyebab kematian Juwita belum sepenuhnya jelas.
Beberapa pihak meragukan bahwa insiden ini murni kecelakaan lalu lintas, mengingat muncul dugaan bahwa korban dibegal di jalur menuju Kiram.
Kematian Juwita menambah daftar panjang kasus dugaan kekerasan terhadap insan pers di Indonesia.
Sebagai seorang jurnalis, ia dikenal memiliki integritas tinggi dalam mengungkap fakta melalui tulisan-tulisannya.
Kondisi ini semakin memperkuat dorongan agar kasus ini diusut tuntas dan tidak dibiarkan berlalu begitu saja.
BEM UNISKA MAB menegaskan bahwa setiap nyawa berharga dan tidak boleh hilang tanpa kepastian hukum.
Mereka meminta kepolisian untuk mengusut kasus ini secara mendalam dan memastikan bahwa tidak ada kejanggalan yang ditutup-tutupi.
"Kami mendesak pihak berwenang untuk menyelidiki kasus ini dengan transparan dan profesional. Jangan sampai ada ketidakadilan dalam pengungkapan fakta!," tegas Anzari melalui WhatsApp pribadinya, kepada Banuaterkini.com, Senin (24/03/2025) malam.
Dia katakan, bahwa BEM Uniska juga meminta solidaritas dari seluruh civitas akademika dan masyarakat luas untuk mengawal kasus ini bersama-sama.
Selain itu, BEM UNISKA juga menyoroti perlindungan bagi jurnalis dalam menjalankan tugasnya.
Mereka menegaskan bahwa wartawan memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan yang aman tanpa ancaman kekerasan.
"Media dan pihak berwenang wajib peduli terhadap perlindungan jurnalis, terutama saat menjalankan tugasnya. Setiap nyawa berharga dan tidak boleh hilang tanpa kejelasan hukum," bunyi pernyataan BEM UNISKA.
Hingga kini, kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ini.
Pihak keluarga dan rekan-rekan Juwita berharap agar kasus ini bisa segera menemukan titik terang dan keadilan benar-benar ditegakkan.
Perkembangan lebih lanjut dari kasus ini masih dinantikan oleh berbagai pihak, khususnya mahasiswa UNISKA yang terus mengawal jalannya penyelidikan agar transparansi dan kebenaran dapat terungkap sepenuhnya.
"Kami dan publik menantikan kejelasan fakta agar tidak ada lagi spekulasi liar yang berkembang di masyarakat," pungkas Anzari.