Momen bahagia pernikahan putra Gubernur Jawa Barat, Maulana Akbar, dan Putri Wakil Bupati Garut, Karlina, berubah menjadi tragedi memilukan. Pesta rakyat yang digelar di Alun-alun Garut pada Jumat (18/7/2025) menimbulkan korban jiwa dan puluhan lainnya harus dirawat akibat sesak napas dan trauma.
Banuaterkini.com, GARUT – Kepolisian menyebut, total 30 orang menjadi korban dalam insiden ini. Tiga di antaranya meninggal dunia, delapan dirawat intensif di rumah sakit, dan 19 lainnya mendapatkan perawatan rawat jalan di berbagai fasilitas kesehatan.
Kabid Dokkes Polda Jabar, Kombes Pol. drg. Iwansyah menyampaikan bahwa mayoritas korban mengalami gangguan pernapasan dan keluhan fisik karena padatnya massa di lokasi acara.
“Tiga di antaranya meninggal dunia, delapan orang masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit, dan 19 orang dirawat jalan,” ungkapnya, Sabtu (19/07/2025), dikutip dari Detik.com.
Tiga korban meninggal dunia adalah Bripka Cecep Syaeful Bahri, anggota Polres Garut yang sempat dilarikan ke RS TNI Guntur; seorang anak perempuan bernama Vania Apriliani (8); dan Dewi Jubaedah (61), yang meninggal di RSUD dr. Slamet Garut.
Sementara delapan korban yang dirawat intensif didiagnosis menderita trauma thoraks, asma bronkhial, hingga myalgia. Mereka terdiri dari anak-anak hingga orang dewasa.
Menurut Iwansyah, kondisi beberapa pasien cukup mengkhawatirkan karena sesak napas berat.
Adapun 19 korban lainnya yang tersebar di RSUD dr. Slamet, RS Intan Husada, dan sejumlah puskesmas mengalami gejala seperti trauma ringan, panic attack, dan sindrom dispepsia, keluhan lambung yang muncul karena stres akibat kerumunan.
Penanganan dan Investigasi
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Hendra Rochmawan memastikan seluruh korban mendapat perhatian medis penuh.
“Kami bersama Dinas Kesehatan Garut langsung menangani korban. Ini jadi bahan evaluasi penting agar tragedi serupa tak terulang,” tegas Hendra.
Pihak kepolisian pun tengah mendalami penyebab utama kericuhan yang memicu jatuhnya korban.
Dugaan sementara mengarah pada minimnya kontrol keramaian serta potensi kelalaian dalam manajemen massa selama acara berlangsung.
Tragedi ini menimbulkan sorotan tajam terhadap penyelenggaraan pesta rakyat berskala besar yang melibatkan pejabat publik.
Masyarakat mempertanyakan prosedur keamanan serta pertimbangan risiko sebelum mengundang ribuan orang ke ruang terbuka tanpa pengaturan sirkulasi dan layanan kesehatan darurat yang memadai.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak keluarga Gubernur Jabar terkait insiden tersebut.
Namun sejumlah tokoh masyarakat menyampaikan belasungkawa atas kejadian yang mencoreng sukacita pernikahan dua tokoh daerah itu.