Asosiasi Pendeta Indonesia Jalin Komunikasi dengan FKUB Kalsel

Redaksi - Kamis, 20 Juni 2024 | 17:40 WIB

Post View : 26

Asosiasi Pendeta Indonesia (API) Kalsel saat bertemu dengan pengurus FKUB Kalsel, Kamis (20/06/2024). BANUATERKINI/Istimewa.

Untuk membangun komunikasi antar organisasi keagamaan, Asosiasi Pendeta Indonesia (API) Kalimantan Selatan (Kalsel) mengunjungi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalsel pada Kamis (20/06/2024).

Banuaterkini.com, BANJARMASIN - Kedatangan API yang merupakan perhimpunan para pendeta itu dipimpin Pendeta Kornelius Karianto.

Menurut Kornelius, kedatangannya ke FKUB Kalsel untuk menjalin komunikasi sekaligus memperkenal organisasi yang mewadahi para pendeta semua organisasi Kristen Protestan di Kalsel.

“Di dalam API ini berhimpun seluruh pendeta yang ada di Kalsel, dari berbagai aras organisasi kependetaan, baik PGI, PGPI, Lembaga Injili, dan lain sebagainya,” kata Pendeta Kornelius Karianto, di Banjarmasin, Kamis (20/06/2024).

Ia berharap agar lembaganya dapat dilibatkan dalam berbagai kegiatan FKUB yang mengundang majelis dan organisasi keagamaan, sehingga terbangun komunikasi dengan para pemuka agama lainnya dari berbagai agama.

Dijelaskan dia, tantangan terbesar yang dihadapi API secara internal adalah menerima seluruh dogma yang berbeda-beda dari berbagai gereja.

"Yang di dalamnya juga terdapat berbagai prinsif berbeda, dan saling bertentangan satu dengan lainnya. Tentu tidak mudah, tapi API harus mampu saling memahami dan membuka diri hidup dalam perbedaan tersebut," ungkap Kornelius.

Sementara itu, Ketua FKUB Kalsel, M. Ilham Masykuri Hamdie, menyambut gembira silaturrahmi pengurus API Kalsel. 

Ia pun menegaskan bahwa FKUB memang merupakan wadah semua organisasi keagamaan, untuk terbangun kerukunan beragama di tengah masyarakat.

Ilham juga menyampaikan, bahwa Indeks Kerukunan Umat Beragama di Kalsel terus meningkat.

"Sekarang ini Indeksnya sudah di atas 75 dari semua variabel, meningkat dari tahun sebelumnya, dan Kalsel menempati rangking ke 16 nasional. Tentu ini bukan hasil kerja FKUB semata, namun juga kerja bersama dari majelis-majelis agama dan pemerintah," urainya.

Lebih lanjut, Ilham menjelaskan, bahwa FKUB Kalsel sekarang ini telah membuka diri bekerjasama dengan Leimena Institut, satu organisasi non-profit yang berdiri tahun 2005.

Hal itu, menurut Ilham, sebagai respon atas perkembangan situasi bangsa dan negara, serta harapan para pemimpin lembaga gereja aras nasional.

Lembaga ini, ujarnya, sekarang dipimpin Matius Ho, dengan berfokus pada literasi keagamaan lintas budaya.

Disampaikannya, di antara hal yang menarik dari literasi lintas keagamaan dan lintas budaya itu, kata Ilham, adalah para pemuka agama haruslah memiliki 3 kompetensi, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi komparasi dan komparasi kolaborasi.

"Kompetensi pribadi, artinya pengetahuan para pemuka agama tentang agamanya sendiri harus mumpuni, sehingga ketika ditanya tentang agamanya, memiliki kepampuan untuk menjelaskan," ujarnya.

Sementara kompetensi komparasi, adalah memiliki kemampuan untuk berdialog dengan semua orang berbeda agama dengan dirinya, mampu membangun komunikasi antar agama.

"Sedangkan komparasi kolaboratif, mampu berbicara tentang berbagai isu kemanusiaan, termasuk isu lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya yang menjadi titik temu agama-agama," sambung Ilham.

Pada kesempatan tersebut, ia juga mengajak anggota API untuk memiliki perspektif yang sama, sehingga mampu merajut kerukunan beragama secara bersama.

"Berbagai isu yang mengemuka dapat dibicarakan, termasuk isu lahan pemakaman non-muslim yang sekarang jadi persoalan," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Pendeta Akela, salah satu pengurus API yang ikut hadir, menjelaskan bahwa mereka merupakan ujung tombak yang ada di gereja-gereja.

Ia mengharapkan terbagun kerjasama secara intens dan kontinyu dengan FKUB dalam menjaga kerukunan.

"Cinta kasih yang disebarkan oleh API, jangan sampai disalahpahami sehingga justru menghambat kerukunan," ujarnya.

Terkait salam Natal yang lagi viral, Ilham menyampaikan bahwa perlu studi komparasi. Sebab, ujarnya, jawabannya tidak tunggal.

"Saya sering balas bertanya, anda ingin jawaban apa? Sebenarnya salam yang berbagai-bagai itu hanya untuk mematut-matutkan diri pada yang berbeda, karena kalau ditanya hukumnya, pasti jawabannya beragam, tergantung sudut pandang dan pemahaman masing-masing," imbuhnya.

Ia justru mengajak agar tidak terlalu dipersoalkan hal itu. Menurut Ilham, esensi terkait karya membangun kerukunan jauh lebih penting dibicarakan.

"Bagaimana keragaman paham itu harus disampaikan kepada umat agar dimengerti bahwa terkait salam dan mengucapkan selamat Natal di Islam itu sangat beragam, yang penting bagaimana kita bisa saling berkolaborasi membangun kerukunan," pungkasnya.

Turut hadir pada pertemuan Pengurus FKUB lainnya, Dr Nasrullah, Dr. H Mirhan, Bayani Dahlan, Fakhruddin, dan Noorhalis Majid. (nm)

Laporan: Ahmad Kusairi
Editor: Ghazali Rahman
Baca Juga :  Wagub Kalsel Tinjau Renovasi Stadion 17 Mei, Target Selesai Secepatnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev