Laporan: Ahmad Kusairi l Editor: Ghazali Rahman
Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin perlu memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital untuk mempromosikan berbagai objek wisata yang tersebar di seluruh wilayah Kota Banjarmasin.
Banjarmasin, Banuaterkini.com - Peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Ellyn Normaleni, menyampaikan penilaian tersebut berdasarkan hasil kajian yang dilakukannya bersama sejumlah penelitian lain selama lebih kurang delapan pekan di Banjarmasin.
"Masih banyak warga Banjarmasin yang tidak tahu ada objek wisata yang bagus-bagus di daerahnya," kata Dr Ellyn Normaleni saat menyampaikan ekspos akhir kajian Cluster-cluster di Kota Banjarmasin Menuju Wisata Tematik, Rabu (09/08/2023) pagi.
Dikatakan Ellyn, secara umum hasil penelitiannya menemukan banyak warga hanya tahu objek wisata populer saja. Padahal banyak sekali objek wisata yang menarik dan menantang, tapi banyak tidak tahu karena minimnya promosi dan informasi.
"Umumnya wisatawan baik yang berasal dari Banjarmasin sendiri maupun kota-kota lain di Kalsel maupun luar Kalimantan taunya objek wisata Siring Km 0, Menara Pandang, Masjid Jami Sungai Jingah, Masjid Sultan Suriansyah, Makam Sultan Suriansyah, dan beberapa lainnya.
Padahal, kata dia, ada objek wisata lainnya seperti Sungai Duyung yang eksotis, yang hingga kini kurang banyak yang tahu.
Disebutkannya, Sungai Duyung memiliki keunikan sendiri karena sungai yang berbeda dari sungai lain yang ada di Kota Banjarmasin.
"Sungai ini sangat terawat dan diperihatikan masyarakat sekitar sungai, sehingga sungai ini banyak di gunakan masyarakat sebagai tempat hiburan seperti sepeda air dan berenang. Pemandangan sunset atau saat matahari terbenam juga sangat indah," ungkap Ellyn lagi.
Objek wisata Sungai Duyung ini, lanjut Ellun, merupakan salah satu wisata yang ada di pinggiran Kota Banjarmasin tepatnya berlokasi di Jalan Belitung, Gg. Abadi, Kuin Cerucuk, Kecamatan Banjarmasin Barat.
Wisata Sungai Duyung ini merupakan wisata air yang biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar atau turis untuk menyusuri sungai menggunakan sepeda air untuk menyusuri sungai.
Pada sekitaran Sungai Duyung, lanjut dia, terdapat Gang- Gang yang punya ciri khas masing-masing seperti perkembunan warga dan taman.
"Sungai Duyung ini juga memiliki potensi wisata yang dapat berkembang sebagai kunci jalur lintas air, karena letak ujung muara Sungai Duyung berhadapan langsung dengan muara Sungai Barito. Oleh karena itu Sungai Duyung ini sangat bisa dapat dikembangkan oleh Pemko Banjarmasin," tegas dia.
Lebih lanjut, Ellyn menjelaskan, masih banyak objek wisata di Kota Banjarmasin yang kurang dikelola secara maksimal, termasuk minimnya fasilitas pendukung seperti sarana MCK dan tempat ibadah.
Bahkan, kata dia, banyak objek wisata yang sulit diakses transportasi umum selain kendaraan roda dua atau kendaraan pribadi lainnya.
"Ini salah satu persoalan dan pekerjaan rumah bagi Pembo Banjarmasin," ujarnya.
Dikatakan Ellyn, oleh sebab itu pihaknya merekomendasikan kepada Pemko Banjarmasin melalui SKPD terkait untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi informasi untuk mempromosikan objek-objek wisata tersebut sebagai sumber pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
"Pada penelitian kami juga ditemukan, bahwa karakteristik wisatawan perempuan dan kalangan muda dominan sebagai pengunjung di sejumlah objek wisata di Kota Banjarmasin. Artinya, Pemko harus menjadikan mereka sebagai target pasar," imbuhnya.
Sebagai target pasar dan kecenderungan wisatawan milenial dan generasi Z sekarang ini, sambungnya, maka tidak ada pilihan lain selain memanfaatkan teknologi digital sebagai salah satu kunci untuk promosi pariwisata.
Sementara itu, peneliti Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, Mahyudin, mengingatkan agar Pemko tidak terjebak pada promosi wisata yang mengabaikan nillai-nilai kearifan lokal khususnya budaya keberagamaan masyarakat Banjar.
"Masyarakat Banjar di wilayah Kota Banjarmasin ini sangat kental nilai-nilai ke-Islamannya, jadi jangan sampai promosi di tempat-tempa wisata yang ada kita kehilangan nilai-nilai itu," ujarnya.
Ia juga meminta agar Pemko Banjarmasin agar tidak hanya melakukan revitalitasi fisik objek wisata, tetapi juga melakukan revitalisasi budaya pada masyarakat Banjarmasin, agar generasi mendatang tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Banjar.
"Revitaliasi budaya ini menjadi penting, karena kita tidak ingin orang Banjar kehilangan jati dirinya," ujar dia.
Kepala Bappedalitbang Kota Banjarmasin, Ahmad Syauqi melalui Kepala Bidang (Kabid) Litbang, Ignasius R.P Salan, mengakui pihaknya memang berupaya menghimpun saran dan masukan dari berbagai pihak untuk memaksimalkan potensi wisata di Kota Banjarmasin.
Salah satunya, melalui kajian yang dilaksanakan oleh para penelitian ULM dan sejumlah pakar di bidangnya.
"Kita harus aku Pemko Banjarmasin tidak memiliki sumberdaya alam seperti daerah lainnya di Kalsel, maka potensi wisata menjadi salah satu andalan sebagai sumber PAD bagi Kota Banjarmasin," ujarnya.
Sebab itu, kata dia, semua masukan terkait pemanfaatan potensi wisata yang sudah ada maupun wisata buatan di Kota Banjarmasin akan dioptimalkan secara proporsional.
Hadir pada ekspos kajian yang dilaksanakan di Aula Bappedalitbang Kota Banjarasin, selain unsur pejabat di lingkungan Bappedalitbang, hadir pula sejumlah perwakilan SKPD di lingkup Pemko Banjarmasin, termasuk dari Dewan Kesenian Kota Banjarmasin, peneliti, akademisi dan para pemerhati kebijakan.