Di tengah hiruk-pikuk Kota Bogor, seorang pria berusia 59 tahun tampak dengan sabar melayani pelanggan di warung kecilnya. Haji Supiani, yang akrab disapa Amang Usup, adalah potret seorang pejuang kehidupan keluarga yang tak kenal lelah.
Banuaterkini.com, BOGOR - Di sudut Kota Bogor yang selalu sibuk, sebuah warung kecil menawarkan cita rasa kuliner autentik khas Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Warung ini, yang dikenal sebagai "Nasi Kuning Banjarmasin Amang Usup," dimiliki oleh Haji Supiani, seorang pria asal Banjarmasin berusia 59 tahun yang telah menempuh perjalanan panjang dan penuh perjuangan untuk sampai ke titik ini.
Di dalam budaya masyarakat Banjar, Kalsel, panggilan "Amang" yang disematkan pada nama brand warung Nasi Kuning milik Mang Usup memiliki makna yang mendalam dan digunakan sebagai bentuk penghormatan serta kedekatan dalam hubungan sosial.
Kata "Amang" umumnya digunakan untuk menyapa atau memanggil seseorang yang lebih tua, khususnya laki-laki, seperti ayah, paman, atau kakek.
Panggilan ini mencerminkan rasa hormat dan kekeluargaan yang erat di antara anggota masyarakat.
"Amang" tidak hanya menunjukkan hubungan darah atau kekerabatan langsung, tetapi juga dapat digunakan secara umum untuk memanggil orang yang dihormati dalam komunitas, seperti tetua adat atau pemuka masyarakat.
Di balik kesederhanaan nama warung "Nasi Kuning Banjarmasin Amang Usup", tersembunyi kisah kehidupan seorang pejuang yang tak kenal menyerah, yang terus berjuang demi keluarga dan tradisi yang dicintainya.
Sebelum menjalani kehidupannya di Bogor, Mang Usup mengaku pernah merantau ke Jakarta dan mencoba peruntungan dengan berjualan nasi kuning di daerah Kalibata pada tahun 2011.
Di sana, ia memulai usahanya dengan harapan besar, membawa resep nasi kuning khas Banjar yang diwariskan keluarganya.
Selama beberapa tahun, Mang Usup berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di ibu kota yang serba cepat.
Namun, meskipun ia telah memberikan yang terbaik, persaingan yang ketat dan biaya hidup yang tinggi di Jakarta membuat usahanya sulit berkembang.
"Apalagi, saat Gubernur Ahok, dirinya bersama sejumlah pedagang terkena penertiban," ungkapnya.
Makanya, setelah enam tahun berjuang di Kalibata, ia dan istrinya, Setiadewi (53 tahun), memutuskan untuk mencari peluang baru.
Pada tahun 2017, mereka memutuskan hijrah ke Bogor, dengan harapan bahwa suasana kota yang lebih tenang dan biaya hidup yang lebih terjangkau akan memberi mereka kesempatan untuk memulai kembali.
Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, namun Mang Usup dan keluarganya yakin bahwa hijrah ini adalah langkah yang tepat.
Setibanya di Bogor, Mang Usup memulai kembali usahanya dari nol. Dengan semangat yang tak pernah padam, ia membuka warung nasi kuning yang diberi nama "Nasi Kuning Banjarmasin Amang Usup."
Warung ini adalah simbol dari perjuangannya, nama yang diambil dari panggilan akrabnya sebagai cerminan tekadnya untuk membawa cita rasa Banjar ke kota yang baru, tempat dia mengadu nasib.
Kepada jurnalis Banuaterkini.com, Haji Supiani alias Mang Usup menceritakan, sebelum berjualan nasi kuning dirinya senpat bekerja di sektor pertambangan, tapi bukan penambang batubara yang kebanyakan orang kenal, melainkan tambang batu besi.
"Dulu bagawi batu besi di Sabuhur Pelaihari mangirim ke Taiwan (Dulu sempat bekerja tambang batu besi dan sempat mengirim ke Taiwan," tuturnya.
Namun, ujarnya, pada tahun 2011 ada kebijakan tentang Minerba yang membatasi usaha tambang batu besi. Ketika perusahaan tempatnya bekerja terpaksa menghentikan operasinya, Mang Usup menghadapi kenyataan pahit. Tanpa pekerjaan dan penghasilan tetap, beban hidup semakin berat.
Dengan usia yang tak lagi muda, dan lima anak yang masih memerlukan biaya, Supiani menyadari bahwa ia harus mencari cara lain untuk menghidupi keluarganya.
Yayan, anak sulungnya yang kini berusia 30 tahun, mulai mencoba membantu, namun Supiani tahu bahwa ia tidak bisa sepenuhnya bergantung pada anak-anaknya. Andre, yang berusia 23 tahun, tengah merintis karirnya, sementara Nisa, 21 tahun, masih dalam masa kuliah.
Dua anak bungsunya, Adhaly (17 tahun) dan Zeenab (13 tahun), masih duduk di bangku sekolah dan sangat memerlukan dukungan finansial. Dengan tanggung jawab yang besar di pundaknya, Supiani tidak punya pilihan lain selain terus berjuang.
Di masa sulit itu, Supiani berfokus penuh pada warungnya. Setiap pagi, ia dan Setiadewi bangun dini hari untuk mempersiapkan nasi kuning dengan bumbu khas Banjar yang kaya rasa.
Anak-anak mereka juga ikut membantu di sela-sela kesibukan masing-masing. Yayan dan Andre membantu mempromosikan usaha ini, sementara Nisa kerap turun tangan saat libur kuliah.
Bahkan Adhaly dan Zeenab pun tak segan membantu membersihkan warung setelah pulang sekolah.
Kerja keras Supiani membuahkan hasil. Pelanggan mulai berdatangan, tertarik oleh kelezatan nasi kuning yang otentik dan penuh cita rasa.
Warung kecil yang dulu hanya sekadar untuk bertahan hidup kini telah menjadi sumber penghidupan yang stabil bagi keluarganya. Dengan ketulusan hati dan usaha yang tak kenal lelah, Supiani berhasil mengubah nasibnya.
Bagi Supiani, "Nasi Kuning Banjarmasin Amang Usup" bukan sekadar tempat mencari nafkah. Ini adalah simbol dari perjalanan panjangnya—dari Sebuhur, Pelaihari, di Tanah Laut, di mana ia dulu bekerja di perusahaan eksportir batu besi, ke Kalibata, Jakarta, hingga akhirnya menetap di Bogor.
Warung ini adalah bukti dari keteguhan hati seorang pria Banjar yang selalu berjuang untuk keluarganya dan tak pernah menyerah pada keadaan.
Kini, setiap piring nasi kuning yang disajikan di warung Amang Usup membawa kisah tentang kerja keras, cinta keluarga, dan dedikasi pada tradisi.
Mang Usup telah membuktikan bahwa meskipun hidup penuh dengan rintangan, dengan ketulusan dan semangat pantang menyerah, selalu ada jalan untuk bangkit dan meraih kebahagiaan.
Bagi warga Banjar yang kebetulan jalan-jalan ke Bogor atau warga Banjar di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) jika ingin menikmati nasi kuning Mang Usup bisa menghubungi Telepon atau WhatsApp di nomor 0822 97 5555 33.
"Ulun hari biasa Senin sampai Jumat jualan nasi kuning di sekitar Taman Cimanggu, hanya Sabtu dan Minggu jualan di kawasan Perumahan Taman Yasmin Bogor," pungkasnya.