RANS303 INDOSEVEN RANS303

Geger Gempa di Banjarmasin, Jadi Bahan Obrolan Netizen di Medsos

Redaksi - Selasa, 13 Februari 2024 | 11:57 WIB

Post View : 29

Titik lokasi gempa di Kota Banjarmasin, Selasa (13/02/2024). Foto: BANUATERKINI/Google/Sayri.

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,8 mengguncang sejumlah wilayah di Banjarmasin dan sekitarnya, sekitar pukul 09.22 WITA atau pukul 08.22 WIB pada Selasa (13/02/2024), membuat geger warga setempat. Bahkan, peristiwa yang langka tersebut menjadi ramai dibahas di sejumlah platform media sosial.

Banjarmasin, Banuaterkini.com - Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Pusat gempa di darat dengan kedalaman 10 kilometer. 

Lokasi gempa berada pada titik koordinat 3,19 Lintang Selatan (LS) dan 115,12 Bujur Timur (BT).

"Pusat gempa berada di darat 19 km Timur Laut Banjarmasin, Kedlmn: 10 Km," tulis BMKG lewat akun X (Twitter) resmi mereka, Selasa.

BMKG melaporkan gempa dirasakan dalam skala II-III MMI di Banjarmasin, Marabahan, Pulau Pisau, Palangkaraya hingga Sampit, Provinsi Kalimantan Tengah.

Sejumlah warga di bilangan Jalan KH Hasan Basri, Kayu Tangi Banjarmasin mengaku merasakan gempa.

"Benda-benda ringan yang digantung bergoyang," ujar Halimah, warga Jalan Cendana, Kayu Tangi, Banjarmasin.

Sejumlah grup WhatsApp juga ramai memposting laporan gempa yang disampaikan oleh BMKG. 

Beragam tanggapan warga terkait gempa yang terjadi. 

"Apa benar ini gempa, kaya di film, barang-barang di rumah bergetar dan bergoyang-goyang," ungkap Saiful, warga Handil Bakti.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan soal kerusakan akibat gempa yang terjadi di Kota Banjarmasin.

Bagi warga Banjarmasin dan warga Kalimantan Selatan umumnya, fenomena gempa bumi memang sesuatu yang langka. Pasalnya, berdasarkan penelitian ilmiah Kepulauan Kalimantan tidak resisten terhadap gempa.

Selain terkejut karena ternyata Banjarmasin juga berpotensi gempa, sejumlah warga mempertanyakan adanya klaim bahwa Pulau Kalimantan bebas gempa.

BMKG bahkan pernah menyebutkan bahwa Pulau Kalimantan sebagai wilayah yang aman dari gempa, karena tidak dilalui oleh jalur subduksi lempeng dan tidak memiliki gunung berapi aktif.

Selain itu, Pulau Kalimantan memang tidak dilalui jalur pegunungan berapi atau Cincin Api Pasifik (Ring of Fire).

Sayangnya BMKG menjawab bahwa pemahaman bahwa Pulau Kalimantan adalah wilayah yang aman dari gempa ternyata tidak tepat.

Dilansir dari laman Kompas (21/12/2021), Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, Kalimantan terdapat banyak sumber gempa, seperti Sesar Meratus, Sesar Mangkalihat, Sesar Tarakan, Sesar Maratua, Sesar Sampurna, dan Sesar Paternoster.

Selain gempa yang hari ini terjadi di Kota Banjarmasin dan sekitarnya, peristiwa gempa juga pernah terjadi di Mahakam Hulu dan Tarakan.

Dikutip dari Kumparan.com, data historis gempa banyak terjadi di Indonesia sejak 2010 hingga 2022. Data-data itu tersebar pada seri Statistik Indonesia yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun.

Berdasarkan analisis data tersebut, terlihat fakta pertama: Kalimantan tak bebas gempa, namun paling sedikit diguncang gempa dibanding pulau-pulau besar lainnya yang ada di Indonesia.

Pulau terbesar kedua di Indonesia itu rata-rata diguncang 12 kali gempa per tahun. Gempa paling banyak terjadi pada tahun 2015, yaitu sebanyak 44 kali.

Analisis data juga memunculkan fakta kedua: Gempa di Kalimantan meningkat belakangan ini.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Balikpapan Rasmid seperti dikutip Kumparan menyatakan bahwa sesar-sesar di Kalimantan meningkat aktivitasnya sejak tiga tahun terakhir.

"Dari 2020, intensitas kegempaan di Kalimantan naik cukup signifikan. Tahun 2023 ini sampai bulan kemarin (Juni), terjadi 36 kali gempa bumi di seluruh Kalimantan. Ini naik signifikan dari tahun lalu," ujar Rasmid.

Padahal, rata-rata gempa di Kalimantan hanya 12 kali per tahun. Artinya, frekuensi gempa tahun ini naik 3 kali lipat dari kondisi biasanya.

Pada gempa-gempa yang terjadi di Kalimantan, 50,93% berkekuatan kecil (<4 magnitudo); 45,34% berkekuatan menengah (4-5 magnitudo); dan hanya 3,73% yang berkekuatan besar (>5 magnitudo).

Secara umum, di seluruh Indonesia selama kurun waktu 1938–2014 terdapat 300 gempa bersifat merusak dengan magnitudo 4,5–9,1.

Dari ratusan gempa berskala merusak tersebut, jumlah terbanyak terjadi pada zona subduksi (tempat tumbukan lempeng bumi) dengan kedalaman dangkal kurang dari 100 kilometer (gempa dangkal).

Uniknya, meski gempa di Kalimantan cenderung tidak merusak, namun mayoritas merupakan merupakan gempa dangkal dengan hiposentrum atau pusat gempa tak sampai 60 km dari permukaan bumi.

Secara teknis, daya rusak gempa dangkal sesungguhnya lebih besar dari gempa dalam karena titik pusat gempa berada dekat dengan permukaan tanah. Akibatnya, energi yang dilepaskan terasa kuat.

Gempa dangkal tersebut berbeda dengan gempa dalam yang relatif lebih lemah. Ini lantaran gelombang seismik gempa dalam harus merambat ratusan kilometer menuju permukaan bumi. Alhasil, daya rusaknya telah melemah begitu tiba di atas tanah.

Menurut United States Geological Survey, sebagian besar gempa memiliki kedalaman dangkal. Sebaran data gempa di Indonesia juga menunjukkan hal serupa, dengan 77,29% gempa merupakan gempa dangkal. 

Laporan: Ahmad Kusairi

Editor: Ghazali Rahman

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev