Kisah Laptop Tertinggal: Belajar Hidup dari Nyoman Bagoes

Redaksi - Sabtu, 23 Agustus 2025 | 08:51 WIB

Post View : 64

ILUSTRASI: Kejujuran seorang driver Gojeg, IG Nyoman Bagoes, menyelamatkan laptop yang nyaris hilang. (BANUATERKINI @2025)

Sebagai seorang jurnalis, konsultan, peneliti, dan dosen, laptop bagi saya bukan sekadar perangkat kerja. Ia adalah pusat data, laporan, dan gagasan yang bukan hanya saya butuhkan, tetapi juga banyak orang yang bergantung pada hasil kerja saya. Maka, bayangkan kepanikan saya ketika menyadari laptop itu terbawa ojek online (ojol) yang baru saja saya tumpangi di Kota Malang.

Banuaterkini.com, MALANG - Saat itu, Jumat (22/08/2025), sekitar pukul 13.44 WIB, rasa panik bercampur sesal menghantui. Namun siapa sangka, dari momen penuh kecemasan itu, Tuhan justru menghadirkan pelajaran hidup yang jauh lebih dalam.

Seorang driver Gojeg bernama IG Nyoman Bagoes IP, seorang Hindu yang taat, bukan hanya mengembalikan laptop saya dengan penuh kejujuran, tetapi juga menghadirkan falsafah hidup yang membuat saya merenung dalam-dalam.

Kejujuran yang Mengguncang Nurani

Ketika akhirnya saya berhasil menghubungi Pak Bagoes, jawaban pertamanya masih terngiang jelas di telinga:

“Alhamdulillah, masih ada, Pak.”

Profil IG Nyoman Bagoes IP, driver Gojeg sesaat setelah datang dengan tersenyum membawa leptop saya.

Kalimat sederhana itu seakan meneguhkan bahwa kejujuran, betapapun terlihat sepele, adalah cara Tuhan menenangkan hati manusia.

Laptop yang seharusnya jatuh di jalan, atau bahkan hilang setelah ia mengangkut penumpang lain, tetap berada utuh di jok belakang motornya.

Sebuah peristiwa yang sulit dinalar secara logika, tetapi sarat dengan pesan spiritual.

Bagi saya, ini bukan sekadar soal laptop. Ini adalah tentang cara Tuhan mengingatkan saya, bahwa kebaikan sekecil apapun pasti akan kembali, bahkan dalam bentuk yang tidak pernah kita bayangkan. 

Pertemuan Dua Jalan: Hindu dan Islam

Dalam percakapan panjang kami, saya mendengar langsung bagaimana Pak Bagoes menafsirkan peristiwa itu dari kacamata spiritualnya.

Sebagai seorang Hindu, ia mengaku bahwa manusia bukanlah badan semata, melainkan roh, jiva-atman, yang merupakan bagian dari Maha Roh.

Menariknya, ia lalu menyitir salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang justru begitu lekat dengan keyakinan saya sebagai seorang muslim:

“Laqad khalaqnal-insaana fii ahsani taqwiim”
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tin: 4).

Upaya saya menghubungi Nyoman Bagoes saat menyadari leptop saya tertinggal di motor.

Baginya, ayat ini selaras dengan keyakinan Hindu tentang penyatuan badan dan roh. Bentuk tubuh hanyalah wadah.

Yang membedakan manusia dengan binatang bukan semata fisik, melainkan akal budi, disiplin, dan kesadarannya untuk tetap berada dalam jalan kebenaran.

Maka, selama badan dan ruh menyatu dalam harmoni, manusia mencapai derajatnya sebagai insan paripurna, di hadapan sesama manusia maupun di hadapan Tuhan.

Falsafah Hidup Seorang Ojol

Di sela kisahnya, Pak Bagoes menyampaikan sebuah warisan berharga dari mendiang ayahnya.

Ia menuturkan pesan itu bukan sekadar nasihat, melainkan pegangan hidup yang selalu ia jaga untuk menjaga kesadaran diri, agar hidup bisa berjalan seimbang antara dunia dan akhirat.

Ada tiga pesan utama yang saya simpan dalam hati dari wejangan itu:

  1. “Jangan kalah sama ayam jago.”
    Dari ayam jago, kita belajar disiplin bangun tepat waktu, berjuang tanpa lelah, tidak pernah mengeluh, dan selalu menerima keadaan dengan rasa syukur. Falsafah ini mengajarkan bahwa keseharian yang sederhana pun bisa menjadi cermin kebijaksanaan.

  2. “Jangan tangisi insan yang meninggalkan badan.”
    Kematian hanyalah fase berpindah. Badan adalah penjara sementara, dan ketika ditinggalkan, roh kembali menuju perjalanan berikutnya. Pesan ini meneguhkan bahwa kehilangan bukanlah akhir, melainkan transisi menuju kehidupan abadi.

  3. “Jadilah jujur dalam segala keadaan.”
    Kejujuran, katanya, tak boleh ditawar. Untuk hidup bermakna, ia mengingatkan agar kita selalu memberi dengan lima hal yang kita punya: tenaga, keahlian, hasil kerja, doa, dan diam.

Inspirasi dari Wedhatama

Pasca peristiwa itu, kami berbincang lebih dalam. Saya bukan hanya mendapatkan kembali laptop, tetapi juga memperoleh pelajaran hidup yang tak ternilai.

Pak Bagoes mengutip bait dari karya luhur Jawa, Wedhatama Pupuh Sinom, Perkawis VIII (bait 14: 17–18):

Sujana kang sinung wikan,
rahina-ratrining Brahmi,
kang dangune nyewu jaman,
wong mau sayekti uning,
jatining rina-wengi,
ing rineng Brahma rumuwuh,
kabeh ingkang gumelar,
ing wanci ratrining Brahmi,
kabeh sirna bali marang nora nana.

Bait ini mengandung makna mendalam, bahwa orang bijak yang benar-benar memahami hakikat kehidupan akan menyadari bahwa siang dan malam hanyalah siklus semu.

Percakapan saya dengan bagian admin Gojeg untuk meminta nomor kontak driver gojeg.

Panjangnya umur, bahkan hingga ribuan tahun, pada akhirnya tetap kembali ke satu titik yaitu kefanaan.

Segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan tampak di dunia, pada waktunya akan lenyap, kembali ke asal mula, kekosongan.

Makna filosofisnya jelas, bahwa hidup adalah perjalanan sementara.

Apa yang kita anggap permanen, termasuk harta, jabatan, bahkan tubuh, sejatinya akan sirna. Yang abadi hanyalah amal kebajikan, kejujuran, dan kesadaran rohani.

Hikmah dari Jok Belakang

Kisah laptop saya yang selamat di jok belakang motor Nyoman Bagoes lebih dari sekadar cerita unik yang layak jadi headline.

Ia adalah simbol bahwa Tuhan kerap menegur manusia dengan cara sederhana, melalui perantara yang tak terduga.

Bagi saya pribadi, kisah ini adalah renungan mendalam, bahwa kebaikan, ketulusan, dan kejujuran adalah jalan menuju harmoni.

Dan bahwa dalam perjumpaan lintas iman, saya justru menemukan kembali inti ajaran Islam melalui falsafah hidup seorang Hindu, bahkan diperkuat oleh warisan kearifan Jawa.

Di dunia yang semakin sibuk dan sering melupakan nilai-nilai dasar, kisah Nyoman Bagoes mengingatkan kita semua untuk tidak kalah dengan ayam jago, tidak takut kehilangan, dan selalu menjunjung kejujuran.

Karena pada akhirnya, yang kita bawa dalam hidup ini bukanlah harta atau benda, melainkan amal, kebijaksanaan, dan kebaikan yang kita tabur.

Laporan: MS Shiddiq
Copyright @Banuaterkini 2025
Baca Juga :  Presiden Sampaikan Ucapkan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev