“Saya bilang sama Pak Jokowi kalau model kayak gitu (sama yang desain yang lain), saya nggak mau deh, istana kita harus beda dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan fungsinya,” kata Nyoman, menjelaskan bahwa ia tidak menggunakan konsep ATM (Amati, Tiru , Modifikasi) dalam desainnya.
Mengenai adanya persepsi mistis yang dilontarkan oleh sebagian orang terhadap desain Istana Garuda, Nyoman mempersilakan setiap individu untuk memiliki pandangan masing-masing.
Namun, ia berharap agar kritik yang diberikan tidak dikaitkan dengan isu agama, karena hal tersebut dapat menimbulkan sentimen yang tidak perlu.
"Kalau orang ngerti ini udah biasa, saya sudah dari zaman mahasiswa udah dikritik kok, gak ada masalah. Tapi jangan bawa-bawa agama, jangan bawa-bawa itu, gak ada urusan. Kan nanti orang lain sempit, apa urusannya. Itu ada sampai bawa-bawa agama, karena orang Bali, karena orang Hindu, apalah begitu, jauh banget,” tegasnya.
Nyoman menutup dengan menyatakan bahwa ia selalu terbuka terhadap kritik selama kritik tersebut konstruktif dan tidak melibatkan sentimen yang dapat memecah belah masyarakat.
Bagi Nyoman, setiap karya seni memiliki nilai uniknya sendiri, dan Istana Garuda di IKN adalah cerminan dari visi kreatif yang ia pegang teguh. (Antara).