Ratusan pedagang Pasar Bogor menggelar aksi demo besar-besaran di depan Balai Kota Bogor, Senin (02/06/2025), menolak rencana relokasi imbas revitalisasi pasar. Namun, kekecewaan memuncak saat tak satu pun pejabat utama Pemkot Bogor menemui mereka.
Banuaterkini.com, BOGOR - Bahkan Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin justru disindir pedagang lantaran sibuk membuat konten di media sosial saat unjuk rasa berlangsung.
Aksi demo dimulai sejak pagi, diawali long march ratusan pedagang dari Pasar Bogor menuju Balai Kota.
Sambil membawa spanduk dan pengeras suara, mereka menyuarakan penolakan terhadap rencana Pemerintah Kota Bogor yang akan memindahkan mereka ke lokasi relokasi.
“Kami menolak dipindahkan karena biaya sewanya mahal. Kami pedagang kecil, dari mana uangnya?” ujar Ardi, salah seorang pedagang Pasar Bogor yang ikut dalam aksi tersebut.
Ardi menyebut, meskipun disebut sebagai tempat penampungan sementara, para pedagang tetap diwajibkan membayar sewa selama proses revitalisasi berlangsung.
"Namanya tempat penampungan, masa masih harus bayar? Kalau tetap bayar sama saja bohong," keluhnya.
Pemkot Bogor melalui Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ) sebenarnya telah menyiapkan dua lokasi relokasi, yakni Pasar Jambu Dua dan Pasar Sukasari.
Namun, harga sewa dinilai terlalu memberatkan pedagang.
Menurut data Perumda PPJ, harga kios relokasi dipatok Rp37 juta per kios untuk masa 20 tahun atau sekitar Rp30 ribu per hari.
Direktur Utama Perumda PPJ, Jenal Abidin, menegaskan bahwa proses relokasi bukan keputusan sepihak.
“Relokasi ini sudah disosialisasikan sejak 2023. Ini bukan pembongkaran, tapi penataan kembali pasar,” ujarnya.
Meski begitu, Jenal mengakui ada dinamika di lapangan.
Pihaknya membuka ruang komunikasi lanjutan, bahkan sementara waktu mencabut spanduk pengosongan pasar hingga ada keputusan berikutnya.
"Kami dengarkan masukan pedagang, tapi proses relokasi tetap berjalan," imbuhnya.
Menurut rencana, pengosongan Pasar Bogor akan dimulai pada 6 Juni 2025 dan pembongkaran pasar dilakukan pada 11 Juni 2025.
Revitalisasi tersebut akan mengubah wajah Pasar Bogor menjadi kawasan terintegrasi yang tetap mempertahankan fungsi pasar tradisional sekaligus dilengkapi pusat oleh-oleh, convention hall, dan lahan parkir modern.
Di tengah aksi yang berlangsung damai itu, kekecewaan muncul karena Wali Kota Dedie Racim dan Wakil Wali Kota Jenal Mutaqin tak kunjung hadir menemui para pedagang.
Kegeraman pedagang makin memuncak ketika mereka mengetahui Wakil Wali Kota justru sibuk membuat konten media sosial di lokasi lain.
"Wakil Wali Kota sibuk ngonten, padahal kami datang ke sini menuntut kejelasan. Kalau di media sosial rajin muncul, kok di sini malah menghilang," sindir seorang pedagang yang enggan disebut namanya.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota sempat menghadiri upacara peringatan Hari Lahir Pancasila pagi hari, sebelum para pedagang tiba di Balai Kota.
Namun setelahnya, yang bersangkutan tidak tampak lagi di lokasi aksi.
Para pedagang berharap Pemkot Bogor lebih memprioritaskan dialog dan mencari solusi yang adil agar mereka tetap bisa bertahan di tengah himpitan ekonomi.
Hingga siang hari, aksi demonstrasi masih terus berlangsung dengan pengamanan ketat dari aparat gabungan TNI-Polri dan Satpol PP.