Home » Opini

Bamandi-mandi, Nilai Spritualitas dalam Kearifan Budaya ‘Pangantin’ Banjar

Banuaterkini.com - Senin, 20 November 2023 | 06:42 WIB

Post View : 93

Proses calon pengantin sedang melakukan ritual Bamandi-mandi. Foto: BANUATERKINI/Rahmat Firdaus.

Masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel), seperti halnya daerah lainnya di Indonesia, memiliki keunikan tradisi dan budaya yang menarik untuk ditelisik. Salah satunya adalah pada tradisi bamandi-mandi sebelum proses perkawinan yang sarat makna. Tulisan kontributor Banuaterkini.com, Rahmat Firdaus, sengaja mengupas hal ihwal adat bamandi-mandi yang banyak dilaksanakan oleh masyarakat Banjar. 

Rahmat Firdaus

MASYARAKAT Kalsel diakui memang memiliki banyak warisan adat istiadat dari nenek moyang dulu yang kaya dengan nilai-nilai spiritualitasnya. Seperti halnya yang dilaksanakan di salah satu desa yang terletak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), tepatnya di Desa Mu’ui.

Di Desa Mu'ui biasanya sepasang pengantin akan memulai perjalanan mereka dengan ritual suci yang sarat makna ini. Salah satunya adalah sebelum acara perkawinan adat Banjar calon pengantin Banjar 'wajib' melakukan upacara bamandi-mandi yang menjadi bagian penting dari tradisi pernikahan.

Duta Parawisata Kabupaten HST, Nurhakiki menyebutkan bahwa biasanya proses bamandi-mandi di wilayah Barabai dan sekitarnya dilaksanakan sehari sebelum hari perkawinan.

“Prosesi bemandi-mandi pengantin ini biasanya dilakukan 1 hari sebelum hari perkawinan,” ungkapnya.

Bamandi-mandi pengantin dalam tradisi Banjar bertujuan untuk membersihkan jiwa calon pengantin, agar keburukan yang ada di dalam diri calon pengantin tersebut hilang. Jadi, setelah melakukan bamandi-mandi calon pengantin bisa menjadi lebih baik lagi, dan berkah dalam menjalani suatu kehidupan yang dijalani bersama pasangannya.

Selain proses bamandi-mandi sendiri, ada tradisi Banjar lainnya yang biasanya mengiringinya, yaitu rangkaian selamatan nasi ketan atau istilah orang Banjar disebut dengan masak nasi balamak dan sajian pisang emas.

Seluruh rangkaian proses bamandi-mandi umumnya ditujukan untuk mendoakan kelancaran proses pernikahan dan rumah tangga, agar selalu aman dan jauh dari gangguan. 

Seorang tetua adat di Desa Mu'ui bernama Nenek Yuni menuturkan, bahwa tradisi bamandi-mandi di desanya tak hanya dianggap sebagai kegiatan seremonial semata, tetapi sebuah upacara yang memiliki makna filosofis dan juga spritual.

“Masyarakat tidak hanya sebagai pecinta dan penikmat upacara adat Banjar ini. Masyarakat di desa kami secara turun-temurun meyakini bamandi-mandi sebagai warisan budaya yang sarat nilai. Ritual bemandi-mandi dalam pernikahan adat Banjar ini memiliki makna kebersihan dan keharmonisan yang diperlukan dalam membangun rumah tangga," ungkap Nenek Yuni.

Makna Ritual Bamandi-mandi

Sesuai namanya, makna bamandi-mandi secara umum adalah ritual yang dilakukan untuk membersihkan jiwa dan raga. Bamandi-mandi merupakan tradisi tolak-bala ala masyarakat di sebagian besar wilayah Kalsel. Bamandi-mandi dianggap sebagai sarana untuk membentengi diri dari masalah-masalah psikologis, yakni dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam. Dengan kata lain, bamandi-mandi merupakan sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit lahir maupun batin.

Biasanya, calon pengantin Banjar terlebih dahulu menyediakan piduduk (kelengkapan syarat upacara berupa, baras bujur (beras), baras lakatan (ketan), nyiur (kelapa), pisang, dan hintalu (telur). Piduduk dalam kepercayaan masyarakat Banjar biasanya disiapkan untuk roh-roh yang bisa menganggu. Usai bamandi-mandi selanjutnya dilaksanakan ritual adat badudus yang diberikan kepada orang yang bertugas untuk memandikan pengantin atau bisa disebut sebagai pemandi-mandi. Seperti yang terjadi pada foto berikut ini.

Ritual sebelum Bemandi-mandi bersama tetua didesa dan tetua keluarga. Foto: BANUATERKINI/Rahmat Firdaus.

Bagi masyarakat Banjar, Piduduk memiliki tiga makna yang terkandung di dalamnya yaitu hidup berkah, berperilaku baik, dan hidup bersama.

Hidup berkah. Hidup berkah dalam piduduk dimaknai dengan dsimbol-simbol baras bujur (beras) dan pisang. Beras bujur mempunyai makna sebagai bentuk kepercayaan bahwa beras itu mempunyai nilai kesucian, karena beras memiliki warna putih, sedangkan pisang mempunyai makna memiliki banyak manfaat.

Berperilaku baik. Berperilaku baik dalam Piduduk disimbolkan dengan nyiur (kelapa). Nyiur mempunyai makna pohon kehidupan yang sangat bermanfaat bagi orang lain.

Sementara Hidup Bersama disimbolkan dengan baras lakatan (beras ketan), gula habang (gula merah) dan hintalu (telur).

Lakatan mempunyai makna bentuk pengharapan keselamatan bagi calon pengantin tersebut, sedangkan gula habang mempunyai makna bahwa gula tersebut dalam melambangkan suatu kehidupan yang indah yang dijalani bersama pasangan hidupnya. Adapun hintalu merupakan simbol kehidupan sebagai kekuatan generasi yang diharapkan memiliki generasi penerus yang kuat dan selalu bermanfaat bagi orang lain.

Piduduk memiliki makna kepercayaan yang tidak mudah dipahami, karena menurut kepercayaan piduduk mempunyai makna perlindungan kepada sesuatu yang bersifat metafisik, gaib, penguasa bumi, yang dipercayai dapat membuang atau menjauhkan keburukan dan petaka. Piduduk juga bermakna agar segala hajat yang ingin dilakukan diberikan kemudahan, dijauhkan dari segala keburukan. Sebab, berdasarkan kepercayaan nenek moyang terdahulu jika ingin melangsungkan suatu prosesi acara seminal acara pernikahan, maka harus menyediakan piduduk. Jika tidak menyediakan piduduk maka akan berdampak kepala calon pengantin tersebut.

Peristiwa yang sering terjadi seperti calon pengantin bisa kesurupan atau si calon pengantin tiba-tiba tanpa alasan menjadi sakit dan lain sebagainya. Melalui penyediaan piduduk dianggap bisa menghindarkan dari sesuatu yang tidak diinginkan. Jika salah satu piduduk yang digunakan tersebut ada yang tertinggal maka akan mengurangi makna dan syarat tersebut karena itu, kepercayaan tersebut tidak mudah hilang dalam suatu acara.

Makna dalam mandi pengantin

Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan pada saat ritual bemandi-mandi. Foto: BANUATERKINI?Rahmat Firdaus.

Mandi pengantin biasanya dilakukan oleh 3 orang yang secara bergantian. Namun jumlah penyiraman dalam mandi pengantin tersebut harus ganjil 3, 5, atau 7 dan biasanya yang sering dilakukan yaitu 3 kali penyiraman secara bergantian. Prosesi mandi pengantin yaitu yang pertama dilakukan siraman dari bahu sebelah kanan, lalu sebelah kiri, dan kepala diteruskan keseluruh tubuh sebanyak 3 kali secara bergantian dan pada saat penyiraman diiringi dengan salawat yang bertujuan agar calon pengantin selalu dilindungi dan di lancarkan setiap urusannya.

Sebelum mandi pengantin, pemandi-mandi pengantin menyiapkan gayung yang digunakan untuk mengambil air dari baskom yang sudah diberi air doa dan bunga.  Kemudian air tersebut disiramkan kepengantin secara bergantian sebanyak 3 kali dari tangan sebelah kanan lalu kiri selanjutnya kepala dan diteruskan keseluruh tubuh sebanyak 3 kali secara bergantian. Pada saat penyiramaan diiringi dengan pembacaan salawat agar segala sesuatu yang dilakukan diberikan keselamatan.

Dalam prosesi ini pengantin harus menggunakan sarung baru. Setelah prosesi mandi pengantin selesai, sarung yang digunakan calon pengantin pada saat prosesi mandi pengantin tersebut dilempar ke atas atap rumah. Setelah beberapa hari sarung yang di lempar ke atas rumah diambil dan diberikan kepada pemandi-mandi pengantin.

Melalui ritual bemandi-mandi, adat Banjar menunjukkan bahwa kekayaan budaya dan spiritualnya yang mendalam. Tradisi ini tidak hanya merupakan ungkapan dari nilai-nilai kearifan lokal, tetapi juga merupakan simbol dari kesucian hubungan antara manusia dan alam, serta antara sesama manusia.

Dengan menjaga dan merayakan ritual bemandi-mandi adat Banjar, masyarakat setempat tidak hanya memelihara warisan nenek moyang mereka, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai tentang kesucian, kerendahan hati, dan kebersamaan kepada generasi muda. Ini adalah peringatan yang indah tentang kekuatan budaya yang bersatu dalam menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh makna.

*Rahmat Firdaus, adalah Masiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari.

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev