Di penghujung November 2024, Asrama Haji Balikpapan, Kalimantan Timur, menjadi saksi perhelatan akbar Kongres Ketiga Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU). Kongres yang berlangsung dari 29 November hingga 1 Desember ini mengusung tema besar: “Memperkokoh Khidmat ISNU Menuju Indonesia Emas yang Berperadaban”.
Oleh: Dr Muhari, S.Ag, M.Ikom
Sebagai seorang peserta sekaligus Sekretaris PC ISNU Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, saya, mencatat kesan mendalam dari agenda ini.
ISNU, sebagai badan otonom NU yang menghimpun para sarjana dan intelektual berintegritas, kembali menegaskan jati dirinya: mengabdikan ilmu dan kapasitas diri untuk maslahatul ummat, dengan semangat ke-NU-an dan kebangsaan yang kuat.
Dalam kongres ini, komitmen ISNU untuk berkhidmah bagi bangsa kembali ditegaskan. Dengan pandangan ideologis yang berpijak pada teologi Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), ISNU memiliki tanggung jawab besar untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional, menuju cita-cita Indonesia Emas 2045.
Di berbagai sektor—ekonomi, pendidikan, moralitas, hingga swasembada pangan—ISNU diharapkan menjadi motor penggerak kemajuan bangsa.
Tidak hanya menjadi sekadar pelaku, ISNU diposisikan sebagai agen perubahan (agent of change), sinar yang menerangi jalan menuju peradaban modern yang adaptif dan universal.
Dengan semangat keilmuan, integritas, dan empati, setiap pribadi ISNU diharapkan mampu membawa diri dalam kemajuan intelektual tanpa meninggalkan nilai-nilai ikhlas dan ketulusan.
NU, sebagai organisasi besar dengan khazanah keilmuan yang memancar ke segala arah, menjadi modal strategis ISNU.
Di balik kesuksesan individu sarjana NU yang tersebar di berbagai lini, ISNU bertugas menghimpun mereka dalam visi integral—universal.
Harakah yang ditanamkan adalah kebebasan dari berbagai belenggu, baik eksternal maupun internal: egoisme, sektarianisme, dan arogansi.
Sarjana NU didorong tampil elegan tanpa arogan, cerdas tanpa nafsu, berilmu tanpa kehilangan keikhlasan. Inilah yang menjadi karakter khas ISNU yang membedakan mereka di tengah keragaman masyarakat Indonesia.
Pemilihan kepengurusan baru di tingkat pusat menjadi salah satu momentum penting dalam kongres ini.
Dengan Prof. Kamaruddin Amin sebagai Ketua Umum PP ISNU dan Prof. Abdul Haris sebagai Ketua Dewan Ahli ISNU, ada harapan besar akan lahirnya energi baru.
Kepemimpinan mereka diharapkan menjadi amunisi untuk membawa ISNU ke arah yang lebih bersinar, menciptakan cahaya keilmuan yang menerangi peradaban.
Melalui ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariah, ISNU berkomitmen terus menggerakkan roda kemajuan yang berke-NU-an.
Harapan saya, semangat kongres ini dapat diterjemahkan menjadi langkah nyata dalam mewujudkan cita-cita Indonesia yang tidak hanya emas dalam kemakmuran, tetapi juga dalam peradaban.
Kongres ini bukan sekadar acara, melainkan penanda arah perjalanan panjang ISNU. Sebuah langkah kecil yang membawa harapan besar: menjadikan ilmu sebagai pondasi, keikhlasan sebagai semangat, dan khidmat sebagai tujuan akhir.