Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Putri Komisariat Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalimantan Selatan menyelenggarakan Sekolah Islam Gender Jilid III dengan tema "Manifestasi Kualitas Pergerakan Perempuan dalam Ranah Kesetaraan Gender". Kegiatan ini berlangsung di Gedung Dakwah UNU Kalimantan Selatan, Sabtu (23/11/2024).
Banuaterkini.com, BANJAR - Ketua Kopri PC PMII Kota Banjarmasin, Sahabati Maulidatul Munawaroh, hadir dan memberikan sambutan.
Ia menekankan pentingnya perempuan untuk berperan aktif dalam memperjuangkan kesetaraan gender tanpa melupakan nilai-nilai keislaman.
“Perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan. Dalam pergerakan kesetaraan gender, perempuan perlu mengambil peran strategis dengan tetap berlandaskan nilai-nilai agama dan budaya,” ujar Maulidatul.
Ketua Kopri PMII Komisariat UNU Kalimantan Selatan, Sahabati Riska Hasanah, yang juga memimpin acara, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat kualitas pergerakan perempuan, terutama di lingkungan mahasiswa.
“Kami ingin membangun kesadaran bahwa perjuangan kesetaraan gender adalah bagian dari ajaran Islam yang menekankan keadilan dan penghormatan terhadap martabat manusia,” ujar Riska.
Kegiatan ini diikuti oleh 19 peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Kalimantan Selatan.
Beberapa kampus yang berpartisipasi di antaranya Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan, UIN Antasari Banjarmasin, dan Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin.
Selama acara, peserta tidak hanya mendengarkan paparan dari pemateri, tetapi juga aktif berdiskusi dan berbagi pandangan tentang isu-isu gender dalam kehidupan sehari-hari.
Diskusi ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman peserta dan memotivasi mereka untuk mengambil peran lebih besar dalam memperjuangkan kesetaraan gender.
Sekolah Islam Gender Jilid III menekankan pentingnya pendekatan berbasis nilai-nilai Islam dalam memperjuangkan kesetaraan gender.
Menurut Sahabati Riska Hasanah, nilai-nilai Islam tidak hanya mendukung kesetaraan gender, tetapi juga memperkuat peran perempuan dalam membangun masyarakat.
“Kami ingin peserta memahami bahwa kesetaraan gender adalah bagian dari ajaran Islam. Dengan mendalami nilai-nilai keislaman, perempuan dapat memperjuangkan hak-haknya tanpa kehilangan identitas keagamaannya,” kata Riska.
Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengaktualisasikan prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan keagamaan.
Peserta diharapkan mampu menjadi agen perubahan di kampus dan masyarakat.
Sekolah Islam Gender juga menjadi platform bagi para peserta untuk berdiskusi, bertukar ide, dan merancang langkah-langkah konkret dalam memperjuangkan kesetaraan gender.
Diskusi yang berlangsung selama acara memberi ruang bagi peserta untuk mengeksplorasi gagasan baru dan memahami isu-isu gender secara lebih mendalam.
“Kegiatan ini bukan hanya tentang pendidikan, tetapi juga membangun jejaring pergerakan perempuan. Kami berharap peserta dapat menjadi motor penggerak perubahan di lingkungan mereka masing-masing,” ungkap Riska.
Sekolah Islam Gender Jilid III yang digelar oleh PMII merupakan upaya konkret dalam memperjuangkan kesetaraan gender berbasis nilai-nilai Islam.
Kegiatan ini diharapkan mampu melahirkan generasi perempuan yang tidak hanya berdaya secara individu, tetapi juga dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
Kesetaraan gender bukan hanya isu perempuan, tetapi juga tanggung jawab semua pihak untuk menciptakan masyarakat yang menghormati hak dan martabat setiap individu.
PMII menunjukkan bahwa perjuangan kesetaraan gender dapat berjalan seiring dengan ajaran agama dan budaya lokal.