Soal Peran Pemuda di Era Digital, Pakar: Harus Cerdas Emosional dan Cerdas Digital

Banuaterkini.com - Kamis, 25 Januari 2024 | 16:48 WIB

Post View : 51

Pakar komunikasi politik FISIP Uniska MAB, MS Shiddiq PhD, saat menjadi pembicara dalam kegiatan PDKT mahasiswa FISIP Uniska. Foto: BANUATERKINI/Istimewa.

Laporan: Ahmad Kusairi

Tantangan kepemimpinan mahasiswa dan para pemuda dewasa ini cukup kompleks. Oleh sebab itu, mereka dituntut memiliki kecerdasan emosional dan pada saat yang sama juga dituntut memiliki kecerdasan digital. 

Banjarmasin, Banuaterkini.com - Tak hanya itu, para pemuda sebagai penyambung estafet kepemimpinan nasional juga diharapkan memiliki kemampuan beradaptasi dengan setiap perubahan yang terjadi dan siap melakukan terobosan atau inovasi.

Dosen dan pakar komunikasi politik Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (Uniska MAB), MS Shiddiq, menyampaikan hal itu di hadapan para peserta Pelatihan Kepemimpinan Dasar Terpadu (PDKT) mahasiswa FISIP Uniska MAB, Rabu (24/01/2024).

"Tantangan mahasiswa dan para pemuda sekarang berbeda dengan dulu kami alami, makin kompleks. Tak hanya harus adaptif dan inovatif, juga harus cerdas secara emosional dan cerdas digital," kata MS Shiddiq, Rabu.

Kepada peserta PDKT yang merupakan mahasiswa semester 1 dan 3 prodi Ilmu Komunikasi dan Administrasi Publik FISIP Uniska, Shiddiq menjelaskan, bahwa perubahan yang cepat akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini memiliki konsekuensi logis bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali bagi kalangan mahasiswa.

Pada kegiatan PDKT yang mengusung tema Build Your Leadership Character to Become a Great Leader itu, Shiddiq mengajak para pemuda untuk mempersiapkan diri dengan jiwa kepemimpinan yang adaptif, yaitu mereka mengutamakan kemampuan berubah secara cepat dalam menghadapi ketidakpastian.

"Mahasiswa perlu  memahami berbagai gaya kepemimpinan dan mampu beradaptasi sesuai situasi aktual yang terjadi sangat cepat dewasa ini," ujarnya.

Dikatakan Shiddiq, kepemimpinan adaptif  memungkinkan mahasiswa untuk  menjadi pemimpin inklusif, yaitu yang terbuka bagi setiap perubahan dan berbagai macam perbedaan.

Lebih lanjut alumni program Doktor Komunikasi Politik UIPM Malaysia ini menegaskan, bahwa kepemimpinan inovatif membutuhkan  kreativitas dan keberanian berinovasi.  

Di masa ini, lanjut dia, mahasiswa perlu mengembangkan mentalitas kewirausahaan dan  kemampuan mengidentifikasi setiap peluang.  

"Kepemimpinan inovatif membawa perubahan positif dalam lingkungan digital, salah satunya terbukanya berbagai peluang usaha melalui digital marketing," imbuh Ketua Umum Jaringan Intelektual Muda Kalimantan ini.

Shiddiq juga mengingatkan, di masa depan dibutuhkan pemimpin yang mampu melakukan pengelolaan emosi dan pemahaman diri.  

"Jadi, mahasiswa selain mampu memotivasi dan  menginspirasi orang lain. Juga harus bisa membangun membangun hubungan yang empatif dan menjaga nilai-nilai kearifan lokal kita yang luhur yaitu etika atau sopan santun," sambung dia.

Dikatakan Shiddiq, kepemimpinan pemuda Indonesia di masa depan meski memiliki kecerdasan digital yang mungkin tak banyak dimiliki generasi sebelumnya, tetapi tidak boleh mengabaikan sopan santun sebagai dasar pergaulan.

Kepemimpinan digital menghendaki pemuda di masa depan bisa memanfaatkan  teknologi untuk mengelola informasi dan  mengkomunikasikan visi secara arif dan bijaksana.

Mahasiswa, kata Shiddiq, perlu  memiliki literasi digital dan kemampuan  analisis data. Dengan modal kecerdasan digital  memungkinkan mahasiswa untuk menjadi  penggerak transformasi.

Sementara itu, Wakil Dekan I FISIP Uniska MAB, Junaidy M.AB, M.Ikom, menegaskan bahwa fondasi dasar kemimpinan masa depan yang harus dimiliki mahasiswa adalah etika.

Sebab, menurut dia, etika merupakan aspek penting yang menjadi indikator kepemimpinan yang siap berjuang untuk orang banyak.

Dalam konteks organsiasi kemahasiswaan misalnya, ujar Junaidy, maka etika menjadi daya dorong mahasiswa untuk siap bekerjasama dengan setiap orang dalam organisasi yang diikutinya tanpa membeda-bedakan asal usul dan latar belakang pendidikannya.

Kepemimpinan tanpa etika dan integritas, ujar Junaidy, akan membawa organisasi dalam bahaya yang serius. Keputusan seorang pimpinan akan memberikan pengaruh besar pada suatu organisasi

"Etika kepemimpinan adalah konsep yang mencakup prinsip moral dan nilai yang harus diterapkan oleh seseorang saat memimpin tim atau organisasi. Etika kepemimpinan yang utama mencakup integritas, kejujuran, keadilan, dan sikap empati yang tinggi," pungkasnya.

Editor: Ghazali Rahman

Copyright @BANUATERKINI 2024

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev