Imis, salah satu pembuat jukung di Desa Pulau Sewangi, Barito Kuala, Kalsel.
Reporter: Yudi Yusmili l Editor: M/DQ Elbanjary
Tak terlihat hiruk pikuk ramai aktivitas pembuatan jukung di Desa Pulau Sewangi, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam dua tahun terakhir. Pandemi covid-19 turut membuat 'tidur' industri kerajinan pembuatan jukung yang berlangsung sejak ratusan tahun silam di desa kepulauan di Kecamatan Alalak tersebut.
Batola, Banuaterkini.com - Jukung adalah sebutan masyarakat Kalsel untuk perahu. Ketika sudah dipasangi mesin perahu itu disebut klotok. Sentra industri pembuatan jukung di Pulau Sewangi mulai dari RT 5 hingga RT 11. Mayoritas warga bermata pencaharian sebagai pembuat jukung. Banyak jukung “parkir” di samping-samping bengkel.
Imis, 45 tahun, salah satu pembuat jukung di RT 5 Desa Pulau Sewangi, Alalak mengungkapkan, melakoni usaha itu sejak 20 tahun silam. “Membuat perahu meneruskan usaha kuitan (orangtua),” katanya kepada Banuaterkini.com, Senin (27/06/22).
Ia menyebutkan saat ini terjadi penurunan drastis penjualan jukung.
“Dulu sebelum musim covid-19 dalam sebulan rata-rata terjual 3 buah jukung. Sekarang dalam lima bulan hanyar payu (baru laku) satu,” ujarnya.
Ketika ditemui di bengkel kerjanya, Imis hanya ditemani seorang pekerja. Satu pekerja lainnya belum turun bekerja.
“Tiga orang dengan saya,” ungkap Imis sambil mengamati pekerjanya merapikan kerongkong jukung (badan jukung).