Di tengah kondisi ini, kita harus merenung dan bertanya: ke mana arah demokrasi lokal di Kalimantan Selatan jika kepemimpinan moral dan tanggung jawab politik terus diabaikan? Jika para calon kepala daerah tidak mampu atau tidak mau membela nilai-nilai demokrasi yang fundamental, bagaimana mereka bisa diharapkan memimpin dengan baik jika terpilih nanti?
Peristiwa ini menggarisbawahi pentingnya refleksi kritis dan tindakan korektif dari semua pihak terkait, untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut dan menjaga integritas demokrasi di Kalimantan Selatan dan Indonesia secara keseluruhan. Demokrasi yang sehat tidak hanya membutuhkan proses yang adil dan partisipatif, tetapi juga keberanian moral dari mereka yang bercita-cita menjadi pemimpin.