Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melontarkan kritik pedas terhadap kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam acara Sarasehan Ekonomi bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Selasa (08/04/2025).
Banuaterkini.com, JAKARTA – Tak tanggung-tanggung, Sri Mulyani menyebut kebijakan tarif AS tak memiliki dasar ilmu ekonomi dan bersifat purely transactional.
“Tarif resiprokal yang disampaikan Amerika terhadap 60 negara menggambarkan cara penghitungan yang, menurut saya, semua ekonom tidak bisa memahami,” ujarnya disambut tawa para peserta. “Tidak ada ilmu ekonominya di situ,” lanjutnya.
Sri Mulyani bahkan menyindir peran para ekonom dalam situasi global saat ini.
“Jadi teman-teman, ini ada ISEI di sini, mohon maaf, tidak berguna, Pak, ilmunya hari-hari ini,” ucapnya setengah berkelakar, dikutip dari KompasTV.
Ia menjelaskan bahwa kebijakan yang diambil AS bertujuan menutup defisit perdagangan dengan mengurangi ketergantungan pada impor dan menekan neraca dagang.
Namun, pendekatan tersebut dianggap mengaburkan batas antara mitra dan lawan dagang.
“Negara yang dulunya sekutu pun seperti Kanada, Meksiko, tetap dikenakan tarif. Ini bukan soal siapa teman atau lawan, semua dihitung dari neraca dagang,” jelasnya.
Menyikapi hal ini, Indonesia disebut tidak terlalu bergantung pada pasar AS. “Diversifikasi pasar ekspor adalah kuncinya. Kita punya banyak alternatif,” tegas Sri Mulyani.
Ia juga menyebut Indonesia siap menghadapi guncangan global dengan strategi jangka panjang.
Pernyataan ini menyusul meningkatnya ketegangan dagang global pasca Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang menyasar lebih dari 60 negara, termasuk Indonesia.
Komentar Sri Mulyani ini menambah deretan tokoh yang secara terbuka mengkritik arah ekonomi transaksional Trump, yang dinilai mengabaikan konsensus global dalam perdagangan internasional.