Tempo Coffee terinspirasi dari beberapa coffee shop besar seperti Jitterbug, serta konsep sederhana dari angkringan pinggir jalan.
Mereka juga banyak mencari referensi dari TikTok dan Instagram, termasuk soal dekorasi ruangan hingga strategi pemasaran.
Robi mengakui, tantangan terbesar yang mereka hadapi ada pada fluktuasi penjualan dan ketersediaan bahan.
“Kadang rame, kadang sepi. Bahkan, pernah beberapa menu harus kami kosongkan karena bahan bakunya habis,” katanya.
Namun, dari situ mereka belajar bertumbuh. Awalnya hanya berupa stand kecil di food court, kini Tempo Coffee sudah mampu menyewa ruko sederhana di Batas Kota.
Tepatnya, berlokasi di belakang Alan Baby & Kids, dan bahkan mulai merambah ke kampus-kampus di Banjarbaru seperti Poltekkes dan STIKes.
Menu andalan mereka adalah Kopi Tempo, racikan khas yang menjadi identitas usaha ini.
Menurut Robi, kopi bukan sekadar minuman, tapi sarana membangun relasi, berbagi cerita, dan menumbuhkan kepercayaan diri.
“Saya merasa lebih berani, lebih banyak relasi, dan bisa bersaing dengan usaha sejenis di luar sana,” tuturnya.
Pemasaran dilakukan secara digital melalui Instagram dan TikTok, serta dengan aktif mengikuti event kampus untuk memperkenalkan Tempo Coffee kepada target utamanya yaitu anak-anak Gen Z.