Bangladesh kini memasuki babak baru dalam sejarahnya, setelah kerusuhan yang menelan 413 korban jiwa berujung pada kaburnya Perdana Menteri Sheikh Hasina dan pengambilalihan kekuasaan oleh militer.
Banuaterkini.com, BANGLADESH - Kerusuhan yang dimulai sebulan lalu oleh protes mahasiswa terhadap kuota pekerjaan pegawai negeri sipil ini semakin memanas, hingga akhirnya menjadi seruan massal untuk pengunduran diri Hasina.
Pemerintahan Hasina telah lama dituduh oleh kelompok hak asasi manusia atas penyalahgunaan lembaga negara untuk memperkuat kekuasaannya dan memberangus perbedaan pendapat.
Tuduhan termasuk pembunuhan di luar hukum terhadap aktivis oposisi, yang semakin memperburuk situasi politik di negara tersebut.
Dalam kepanikan, Hasina dilaporkan melarikan diri dengan helikopter dan telah mendarat di pangkalan udara militer dekat New Delhi, India.
Dikutip dari Beritasatu, meskipun terdapat rencana untuk transit ke London, namun seruan pemerintah Inggris kepada PBB untuk menyelidiki kekerasan di Bangladesh membuat rencana tersebut diragukan.
Sementara itu, situasi di Dhaka perlahan kembali normal. Toko-toko mulai buka kembali meski kantor pemerintahan tetap tutup.
Di tengah ketegangan yang masih terasa, jutaan warga Bangladesh tumpah ruah di jalanan Dhaka untuk merayakan jatuhnya pemerintahan Hasina dan keberhasilan militer mengambil alih kekuasaan.
“Saya merasa sangat bahagia,” kata Sazid Ahnaf (21), yang membandingkan peristiwa ini dengan perang kemerdekaan Bangladesh lebih dari lima dekade lalu.
“Kita telah terbebas dari kediktatoran,” ujarnya dengan penuh semangat.
Namun, kekacauan belum sepenuhnya mereda. Massa yang marah melancarkan serangan balas dendam terhadap sekutu Hasina.
Gedung parlemen diserbu, stasiun TV dibakar, dan patung ayah Hasina, Sheikh Mujibur Rahman, dihancurkan. Museum yang dipersembahkan kepada pahlawan kemerdekaan itu juga tidak luput dari amukan massa.
"Sudah waktunya untuk meminta pertanggungjawaban mereka atas penyiksaan," kata Kaza Ahmed, seorang pengunjuk rasa.
"Sheikh Hasina bertanggung jawab atas pembunuhan,” tambahnya lagi dengan penuh emosi.
Kantor-kantor Liga Awami di seluruh negeri dibakar dan dijarah. Beberapa bisnis dan rumah milik umat Hindu, yang dianggap dekat dengan Hasina, juga menjadi sasaran amukan massa.
Bangladesh, yang memiliki sejarah panjang kudeta, kembali berada di ambang ketidakpastian.
Michael Kugelman, direktur South Asia Institute di Wilson Center, Washington, memperingatkan bahwa kepergian Hasina akan meninggalkan kekosongan besar dan membuat negara berada di wilayah yang belum dipetakan.
“Hari-hari mendatang adalah masa yang kritis,” katanya.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menekankan pentingnya transisi yang damai, tertib, dan demokratis.
Hal serupa juga disuarakan oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, yang mendesak agar semua pihak bekerja sama demi tercapainya stabilitas di Bangladesh. (Beritasatu).