Seorang mantan karyawan OpenAI, Suchir Balaji, ditemukan meninggal dunia di apartemennya di San Francisco pada bulan lalu. Balaji, yang sebelumnya mengungkapkan dugaan pelanggaran hak cipta oleh OpenAI, meninggal akibat bunuh diri, menurut pernyataan dari Kantor Pemeriksa Medis San Francisco.
Banuaterkini.com, SAN FRANCISCO - Peristiwa tragis ini terjadi dua hari sebelum perayaan Thanksgiving, dan pihak berwenang mengonfirmasi bahwa kematian Balaji disebabkan oleh bunuh diri.
"Cara kematian telah ditentukan sebagai bunuh diri," ujar pihak pemeriksa medis dikutip dari hops.id
Keluarga terdekat Balaji telah diberitahu namun memilih untuk tidak memberikan komentar lebih lanjut, seperti yang dilansir oleh The Mercury News, media pertama yang melaporkan kejadian ini.
Berita ini mengguncang komunitas kecerdasan buatan (AI), dengan pihak OpenAI menyampaikan belasungkawa mereka.
"Kami sangat berduka mendengar berita yang sangat menyedihkan ini hari ini, dan hati kami bersama orang-orang terdekat Suchir dalam masa sulit ini," kata juru bicara OpenAI melalui pernyataan yang disampaikan kepada TechCrunch.
Melawan Praktik Kontroversial OpenAI
Suchir Balaji, yang baru berusia 26 tahun, bekerja di OpenAI selama hampir empat tahun, termasuk satu setengah tahun terakhir yang terlibat langsung dalam pengembangan ChatGPT, chatbot yang menjadi produk unggulan perusahaan.
Dalam wawancaranya dengan The New York Times pada Oktober lalu, Balaji menyuarakan keprihatinannya terhadap dampak sistem generatif AI yang dikembangkan OpenAI.
“Ini bukan model yang berkelanjutan untuk ekosistem internet secara keseluruhan,” ujarnya, mengomentari bagaimana model AI tersebut menggunakan data dari seluruh internet tanpa memperhatikan hak cipta.
Balaji juga menjelaskan bahwa meskipun ia awalnya tidak terlalu memahami isu-isu terkait hak cipta dan penggunaan wajar (fair use).
Setelah mempelajari lebih lanjut, ia sampai pada kesimpulan bahwa banyak produk AI generatif kemungkinan besar tidak dapat membela diri dengan argumen fair use.
“Alasannya sederhana, mereka menciptakan produk pengganti yang bersaing dengan data yang digunakan untuk melatih mereka,” jelasnya.
Balaji dan Gugatan Hukum Terhadap OpenAI
Kritik yang dilontarkan Balaji semakin relevan mengingat sejumlah organisasi, termasuk The New York Times, telah menggugat OpenAI atas dugaan penggunaan materi berhak cipta untuk melatih sistem seperti ChatGPT.
Menurut laporan The Mercury News, informasi yang dimiliki oleh Balaji diperkirakan akan menjadi elemen penting dalam gugatan hukum tersebut.
Kepergian Balaji menyisakan banyak pertanyaan mengenai tekanan yang mungkin ia hadapi setelah menjadi whistleblower.
Dalam dunia teknologi yang berkembang pesat, tragedi ini mengingatkan kita akan pentingnya perhatian terhadap dampak sosial, hukum, dan pribadi dari inovasi teknologi.
Balaji telah membuka diskusi penting mengenai hak cipta dan penggunaan data di era kecerdasan buatan.
Dan tragedi ini menjadi pengingat bahwa di balik perkembangan teknologi yang canggih, ada tantangan manusiawi yang tidak boleh diabaikan.