Laporan: Ahmad Kusairi l Editor: DR MDQ
Berbagai proyek yang dibangun Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin terus mendapat sorotan. Pasca robohnya ikon Ketupat di Sungai Baru, kali ini publik kembali tercengang, anggaran sebesar Rp4,5 Miliar yang digelontorkan dari APBD Kota Banjarmasin pada Jembatan Apung terkesan sia-sia, lantaran jembatan penghubung Jembatan Apung Siring Bekantan-Siring Sungai Baru rusak.
Banjarmasin, Banuaterkini.com - Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarmasin, Afrizaldi, mengaku heran dan perihatin mengapa proyek yang anggarannya besar itu dan baru diresmikan sudah rusak. Ini membuktikan bahwa pekerjaan proyek tersebut tanpa perencanaan yang baik.
Ia juga menyebutkan, sejak awal memang proyek dermaga apung yang menghubungkan Siring Tendean dengan Siring Sungai Baru sudah menimbulkan polemik dengan DPRD Kota Banjarmasin, karena tidak pernah dikomunikasikan.
"Anggaran 4,5 miliar untuk Jemabtan Apung itu cukup besar, dan merupakan anggaran yang dikeluarkan dengan cara menggeser anggaran 3 kegiatan. Dari awal proyek ini memang berpolemik dengan anggota dewan, karena pergeseran anggaran 3 kegiatan tersebut tidak dikomunikasikan pihak Pemko Banjarmasin kepada DPRD," kata Afrizaldi kepada Banuterkini.com, Senin (28/11/2022).
Jadi, sejak awal, kata Anggota Fraksi PAN DPRD Banjarmasin ini, pihak dewan yang diberi tugas mengawasi tidak mendapat pemberitahuan dan informasi yang cukup terkait alasan mengapa anggaran 3 kegiatan tersebut dijadikan satu menjadi 1 proyek yaitu pembanguna dermaga apung.
Kami, lanjut dia, dari DPRD Banjarmasin menilai sistem perencanaan proyek dermaga apung oleh Pemko Banjarmasin melalui konsultan perencana tidak detail atau tidak melalui kajian yang komprehensif, sehingga peristiwa rusaknya railing ramp atau pegangan jembatan penghubung dermaga apung tersebut.
"Seharusnya konsultan perencana memahami dengan baik kondisi alam Kota Banjarmasin, di mana sungai Martapura itu mengalami pasang surut. Seharusnya ini menjadi pertimbangan pertama ketika hendak membangun dermaga apung. Sebab, dermaga apung tersebut merupakan sarana penghubung antara Siring Bekantan dengan Siring Sungai Baru," ujarnya.
Harusnya, kata dia, karena dermaga apung tersebut berada di bawah Jembatan Dewi yang konstruksinya besi, semestinya ada perhitungan batas pasang maksimal Sungai Martapura itu seperti apa sih, dan kemungkinan terjadi benturan dengan konstruksi Jembatan Dewi atau tidak.
"Melihat kondisi terjadinya kerusakan akibat benturan pegangan jembatan penghubung dengan konstruksi Jembatan Dewi, menunjukkan bahwa pembangunan dermaga apung itu tanpa melalui perencanaan yang matang," imbuhnya.
Bahkan dengan narasi yang cukup tajam, Legislatif DPRD Banjarmasin ini menilai, bahwa pembangunan dermaga apung itu berdasarkan kemauan saja, bukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dipersyaratkan bangunan konstruksi yang adaptif terhadap lingkungan.
Lebih lanjut, dia juga menyayangkan, mengapa pihak Pemko Banjarmasin tidak melakukan konsultasi dengan para ahli konstruksi dan pakar arsitek yang ada di Kota Banjarmasin, ketika hendak melaksanakan pembangunan seperti dermaga apung itu.
"Ini kembali lagi, saya menilai Pemko Banjarmasin dalam membangun sesuatu itu terkesan tertutup," ucap anggota DPRD Kota Banjarmasin yang dikenal sangat kritis ini.
Sebelumnya, Banuaterkini.com, menerima banyak ungkapan kritis dan sindiran melalui foto dan video yang dikirim warganet, terkait rusaknya railing ramp atau besi pegangan jembatan penghubung di dermaga Apung yang baru sepekan diresmikan Walikota Banjarmasin
Menurut warga sekitar lokasi jembatan apung, rusaknya besi pegangan pada pegangan jembatan apung disebabkan benturan keras atau himpitan jembatan Dewi pada saat air Sungai Martapura pasang, sejak Sabtu (26/11/2022) sore.
Banuaterkini.com yang mencoba menyambangi lokasi jembatan apung tersebut menyaksikan memang tampak jelas, besi pada bagian pegangan jembatan rusak atau bengkok seperti terkena benturan benda keras.
"Kalau tidak salah anggarannya mencapai Rp.4,5 miliar," komentar warganet.
Sebelumnya, pada Jum'at (18/11/2022) Ibnu Sina meresmikan Jembatan Apung yang menghubungkan Kawasan Wisata Bekantan dengan Kampung Ketupat Sungai Baru.
Peresmian tersebut dilaksanakan persis sehari setelah ikon Ketupat di Kawasan Wisata Mandiri (KWM) Kampung Ketupat Sungai Baru roboh diterjang angin kencang pada Kamis (17/11/2022).
Peristiwa rusaknya handle atau pegangan Jembatan Apung Sungai Martapura Banjarmasin menambah daftar infrastuktur bangunan yang dikerjakan Pemerintah Kota Banjarmasin yang rusak akibat lemah dalam perencanaan.
"Itu jelas masalahnya pada perencanaannya kurang bagus, karena harusnya kontraktor memperhitungkan perihal siklus air pasang dan surut di wilayah itu," ujar Warga Kampung Sungai Baru, Sabriansyah, dikutip Banuaterkini.com, Minggu (27/11/2022).
Menurut dia, pada saat peresmian Sungai Martapura dalam kondisi tidak pasang, sehingga jembatan apung dapat dilalui.
"Nah, kalau air pasang, jembatan apung itu tidak berfungsi karena tidak bisa dilalui, kecuali orang mau merayap," pungkas Sabriansyah.
Pantauan media ini, sejak pukul 18.15 WITA, lokasi Jembatan Apung sudah ditutup untuk umum. Pengelola menutup lokasi sekitar besi jembatan yang rusak dengan spanduk.
Menurut pekerja yang tak mau disebutkan namanya, mereka akan segera memperbaiki bagian pegangan jembatan yang rusak tersebut.