UIN Alauddin Makassar, yang mengusung tema "kampus peradaban," kini menghadapi tantangan besar setelah terungkapnya dugaan keterlibatan oknum pegawai dalam sindikat peredaran uang palsu. Kasus ini mencoreng reputasi institusi pendidikan Islam yang seharusnya menjadi teladan moral dan intelektual.
Banuaterkini.com, MAKASSAR - Yang lebih mengejutkan, pabrik pembuatan uang palsu diduga berada di lingkungan kampus, tepatnya di Gedung Perpustakaan.
Gedung yang semestinya menjadi pusat penyebaran ilmu malah terseret dalam skandal ini. Meskipun masih dalam proses penyelidikan, insiden ini telah merusak citra kampus di mata publik.
Seperti dikutip dari Tribun-Timur.com, Rektor UIN Alauddin Makassar, Hamdan Juhannis, awalnya mengakui bahwa salah satu pegawai kampus telah ditangkap terkait kasus ini.
Namun, sehari setelahnya, ia menyebut berita tersebut sebagai desas-desus belaka. Pernyataan yang kontradiktif ini memicu kebingungan dan kekecewaan di kalangan masyarakat.
Sebagai pemimpin, Hamdan diharapkan menunjukkan sikap tegas dan bertanggung jawab dalam menangani kasus ini.
Namun, alih-alih mendukung pengusutan tuntas oleh kepolisian, ia justru dianggap menunjukkan sikap defensif yang jauh dari ekspektasi publik.
Bahkan, permintaan maaf atas tercorengnya nama baik kampus tak kunjung disampaikan.
Kejadian ini membuka mata banyak pihak tentang pentingnya menjaga integritas di institusi pendidikan.
Kampus yang dikenal sebagai "kampus peradaban" kini harus berjuang keras untuk memulihkan citra yang telah ternoda.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa komitmen terhadap nilai-nilai kejujuran dan moralitas harus dijaga di setiap lini kehidupan, termasuk di dunia akademik.