Kementerian Agama (Kemenag) RI mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Farhan Rizky Romadon dalam melakukan tindakan berani menghalau pengeroyokan terhadap mahasiswi Katolik saat keributan di Pamulang, Tangerang Selatan, Minggu (05/05/2024) lalu.
Banuaterkini.com, JAKARTA - Aksi Farhan tersebut mendapat pendapat beragam di tengah masyarakat. Tapi, Kementerian Agama (Kemenag) memberikan apresiasi terhadap tindakan yang dilakukan Farhan tersebut.
"Aksi Farhan patut diapresiasi. Kita sudah seharusnya menolak tindak kekerasan dan mengedepankan antikekerasan. Ini bagian dari wujud sikap moderat," kata Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo dalam keterangan di Jakarta, Kamis (09/05/2024).
Dikutip dari Antaranews.com, Wibowo mengatakan persoalan keumatan sebaiknya diselesaikan dengan dialog, bukan kekerasan, apalagi sampai pengeroyokan.
Jika didiskusikan dengan baik, dirinya yakin akan didapat solusi bersama atas persoalan yang terjadi.
Tindakan yang dilakukan Farhan, kata dia, merupakan pengingat tentang pentingnya menolak tindak kekerasan dan mengedepankan dialog.
"Farhan bisa menjadi contoh bagi kita bersama tentang persahabatan universal, persahabatan yang tidak dibatasi sekat agama," ujarnya.
Sempat viral di media sosial video terkait mahasiswa Universitas Pamulang yang mengalami kekerasan hingga pembacokan saat melakukan ibadah.
Dalam video yang beredar, tampak sejumlah mahasiswa ketakutan dikerumuni massa. Beberapa dari mahasiswa tersebut terkena sabetan senjata tajam.
Farhan yang datang kemudian berusaha untuk melerai. Upayanya tersebut berhasil mengurangi amukan massa, namun sayangnya Farhan harus mendapatkan perawatan akibat luka sabetan benda tajam di dahinya.
Menurut pengakuan Farhan, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (06/05/2024) dirinya terkena sabetan pisau usai melerasi. Dikatakannya, ia bertindak spontan dan dengan niat ingin melerai keributan yang terjadi.
“Betul, saya terkena sabetan sajam jenis pisau. Saya disabet setelah mencoba meleraikan keributan,” ujar dia kepada wartawan di lokasi, Senin (06/05/2024).
Farhan menuturkan, mulanya ia mendengar peristiwa pengeroyokan yang terjadi di salah satu kontrakan di Jalan Ampera Poncol.
Ia kemudian datang ke lokasi untuk mengecek kejadian tersebut. Sesampainya di tempat kejadian perkara (TKP), ia mendapati warga sedang mengeroyok seorang mahasiswa di sekitar kontrakan.
Farhan lalu refleks memberikan perlindungan supaya warga menghentikan aksi tersebut.
“Saya enggak kenal siapa-siapa. Jadi murni mau nolongin cowok asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang lagi dikeroyok warga. Saya berupaya misahin dan memberhentikan aksi pemukulan” tutur dia.
Farhan mengungkapkan, aksi yang dilakukannya ternyata cukup efektif. Ia berhasil meredam aksi pemukulan yang dilakukan oleh warga. Tensi di lokasi bahkan berangsur menurun dan emosi warga mulai mereda secara perlahan.
Namun, ketika dirinya hendak kembali ke rumah kosnya pascasuasana mencair, ia mendapati seorang warga membawa sebilah pisau.
Ia lantas meneriakki warga tersebut karena ditakutkan bakal melukai mahasiswa yang berada di kontrakan.
“Tiba-tiba ada seorang warga datang membawa pisau. Saya ngeri anak orang dibunuh kan, jadi saya akhirnya ngomong, ‘Woi bang kenapa bawa pisau’,” ucap dia.
Teriakan yang dilontarkan Farhan lalu menjadi bumerang untuknya. Ia justru ditodong oleh warga tersebut tepat di bagian perut.
“Saya ditodong di bagian perut. Saya lalu refleks menahan tangannya supaya saya tak ditusuk. Takut juga saya, kan manusia biasa,” kata Farhan.
Ketika sedang menahan todongan pisau yang dilakukan warga, Farhan tiba-tiba diserang warga lain.
Sebilah pisau kemudian melukai jidatnya dan membuat Farhan harus mendapatkan tiga jahitan.
“Tiba-tiba saja memang (disabet), saya awalnya menang ngiranya ditabok, tapi ternyata kena luka sabetan sajam,” ungkap pria yang mengenyam pendidikan di Universitas Pamulang (Unpam).
Ia lalu dilarikan ke puskesmas terdekat dan mendapatkan tiga jahitan.
Laporan: Ariel Subarkah
Editor: Ghazali Rahman
Uploader: Faryz EF