Pasca Robohnya Ikon Ketupat Sungai Baru, Warga Mengaku Keberatan Pagar Bambu KWM

Banuaterkini.com - Senin, 21 November 2022 | 11:03 WIB

Post View : 397

Tampak pagar bambu menutup kawasan wisata mandiri (KWM) Sungai Baru yang dipertanyakan warga soal kajian dampak lingkungannya. Foto: Banuaterkini/Sayri.

Laporan: Ahmad Kusairi l Editor: DR MDQ

Pasca robohnya sclupture atau ikon ketupat yang dibangun di kawasan sentra ketupat Sungai Baru, Kelurahan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, terkuak fakta baru bahwa sebagian besar warga Sungai Baru masih keberatan dengan konsep pembangunan kawasan wisata mandiri (KWM) yang dipagar bambu di kawasan itu.

Banjarmasin, Banuaterkini.com - Menurut warga, pagar bambu yang tinggi dan berkesan ekslusif tersebut membuat kesan daerah Sungai Baru menjadi semakin sempit dan sumpek. Pasalnya, akses warga ke bibir sungai dan menikmati pemandangan tidak lagi leluasa seperti sebelumnya. 

"Sepanjang umur saya ada di sini, gak kebayang kampung kami dipagar dan membuat suasana kampung kami menjadi semakin sempit, karena tak bisa lagi menikmati pemandangan ke tepian sungai yang menjadi bagian dari kehidupan kami selama ii," ujar lelaki kelahiran tahun 1967 yang enggan ditulis namanya kepada Banuaterkini.com, Senin (21/11/2022).

Menurut dia, warga sebenarnya tidak mempermasalahkan pembangunan kawasan wisata di daerah mereka, hanya saja tak harus ditutup dengan pagar bambu seperti sekarang. 

"Kami juga tidak tahu mengapa kawasan itu ditutup, padahal katanya yang dibangun adalah ruang terbuka hijau, tapi kenapa jadi tertutup," ucapnya kesal.

Pernyataan pria itu diaminkan beberapa warga yang saat ditemui Banuaterkini.com sedang berkumpul di sekitar kawasan tersebut.

Ungkapan keberatan juga secara terang-terangan disampaikan warga lainnya, Sabriansyah, yang dijumpai Banuaterkini.com. 

Menurut Sabri, biasa disapa, dirinya tak habis pikir mengapa Pemerintah Kota Banjarmasin membangun kawasan tersebut dengan konsep tertutup seperti sekarang.

Dikatakannya, tak hanya mengganggu pemandangan warga yang setiap hari lalu lalang di kawasan tersebut, tetapi ada kesan pembangunannya juga mengabaikan kepentingan warga yang tinggal di kawasan tersebut.

"Anda lihat sendiri kan, ini persis di depan rumah saya, ada belokan dan pembangunan pagar bambu oleh pengembang ini juga membuat jalan semakin semakin sempit, kayanya pengembang juga tidak memiliki kajian teknis sebelum mengerjakan proyek itu," ujar Sabri.

Menurut pengakuan Sabri, sebenarnya soal kajian dampak lingkungan pernah dipertanyakan warga kepada pihak investor dan pihak Pemko Banjarmain saat pertemuan yang difasilitasi pihak Kecamatan Banjarmasin Tengah pada Senin (03/10/2022) lalu.

Sayangnya, kata Sabri, pihak pengembangan yang diwakili oleh seorang supervisor melempar persoalan tersebut kepada pihak Pemko Banjarmasin.

"Warga menangkap kesan, ini proyek dikerjakan tanpa perencanaan yang matang, buktinya dalam pertemuan dengan warga di Aula Kecamatan Banjarmasin Tengah, pihak investor mempersilakan warga untuk mempertanyakan perihal kajian dampak lingkungan dan hal-hal terkait kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kepada Pemko Banjarmasin," ujar Sabri sengit,

Bukan hanya itu, dari salinan risalah rapat pada 3 Oktober itu, warga juga belum mendapat jawaban yang pasti terkait kebijakan pengelolaan KWM Sungai Baru, terutama berkaitan dengan lokasi parkir yang belum tersedia, penggantian aset milik warga seperti aset langgar, dan aset milik BPK.

"Ini kejanggalan dan belum jelas siapa yang akan bertanggungjawab, jika terjadi permasalahan terhadap kebijakan pemanfaatan jalur hijau sebagai KWM. Pemko Banjarmasin harus menjelaskan ini," pungkas Sabri lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev