Tersentuh Kisah Guru Madin, Gus Miftah Beri Umrah dan Motor

Redaksi - Senin, 21 Juli 2025 | 07:32 WIB

Post View : 2

Gus Miftah saat mengunjungi Kiai Zuhdi, guru madrasah yang tengah menghadapi cobaan hukum. Kunjungan ini menjadi simbol kepedulian terhadap nasib guru ngaji di pelosok desa. (BANUATERKINI/Kompas.com)

Kisah pilu seorang guru madrasah diniyah (Madin) di pelosok Demak yang harus membayar denda Rp 25 juta karena menampar muridnya mengundang simpati luas. Pendakwah kondang Gus Miftah pun turun tangan, datang langsung ke rumah sang guru, dan menghadiahkan umrah serta sepeda motor sebagai bentuk penghormatan dan dukungan. 

Banuaterkini.com, DEMAK - Pendakwah nasional Gus Miftah menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib para guru ngaji desa.

Sabtu (19/07/2025), ia menyambangi langsung kediaman Kiai Ahmad Zuhdi, guru madrasah diniyah (Madin) asal Desa Cangkring B, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, yang sempat viral karena kasus pemukulan terhadap seorang murid.

Kasus tersebut menyita perhatian publik setelah Kiai Zuhdi dituntut membayar denda Rp 25 juta atas tindakan spontan menampar murid yang melempar sandal ke arahnya.

Meski telah memaafkan keluarga murid, beban hukum tetap dijalankan oleh sang guru ngaji yang hanya menerima honor Rp 450.000 setiap empat bulan.

Kehadiran Gus Miftah menjadi pelipur lara di tengah tekanan yang dirasakan Kiai Zuhdi.

Dalam suasana haru, Gus Miftah tak mampu menahan air mata saat berbincang langsung dengan sang kiai.

“Saya tidak kuat menahan tangis melihat beliau harus menghadapi ini semua. Saya datang bukan sebagai pendakwah, tapi sebagai orang yang ingin belajar dari keikhlasan seorang guru ngaji,” ujar Gus Miftah dengan suara bergetar, seperti dikutip dari Kompas.com.

Tak hanya menyampaikan empati, Gus Miftah juga memberikan hadiah umrah untuk Kiai Zuhdi dan istrinya.

Selain itu, ia menyerahkan uang tunai dan sebuah sepeda motor yang bisa digunakan untuk menunjang aktivitas mengajar di madrasah yang berjarak 8 kilometer dari rumah sang guru.

“Ini bukan bantuan besar, tapi bentuk cinta saya kepada guru-guru ngaji yang tetap berjuang meski tak dianggap,” kata Gus Miftah.

Dalam kesempatan tersebut, ia sempat mengenang pengalamannya pribadi saat menghadapi hujatan karena pernyataannya soal penjual es teh pada akhir 2024.

Ia mengaku tak menangis saat itu, namun merasa jauh lebih terpukul saat melihat kenyataan yang dialami Kiai Zuhdi.

Sore harinya, keluarga murid yang terlibat dalam kasus datang ke rumah Kiai Zuhdi untuk meminta maaf dan mengembalikan uang yang pernah diberikan.

Namun, dengan sikap penuh kelapangan hati, Kiai Zuhdi menolak pengembalian uang tersebut.

“Saya sudah memaafkan dari awal,” ujar Kiai Zuhdi singkat namun tegas.

Kisah ini pun menyulut diskusi publik soal perlindungan dan penghargaan terhadap guru-guru madrasah di daerah.

Gus Miftah berharap kejadian ini menjadi momen refleksi bagi semua pihak untuk lebih menghargai perjuangan mereka.

Laporan: Ariel Subarkah
Editor: Ghazali Rahman
Baca Juga :  Terdakwa BBM Subsidi Sakit, Pengacara Minta Hakim Beri Keringanan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev