Masjid Tua Jadi Kelas Matematika, Mahasiswa UNUKASE Belajar Lewat Etnomatematika

Redaksi - Rabu, 18 Juni 2025 | 06:35 WIB

Post View : 26

Arsitektur Masjid bersejarah yang dibangun sejak tahun 1942 ini tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran etnomatematika bagi Mahasiswa UNUKASE. (BANUATERKINI/FB @KalselToday)

Alih-alih duduk di ruang kelas dengan papan tulis dan rumus-rumus abstrak, Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (UNUKASE) justru menemukan ilmu eksakta di masjid tua peninggalan zaman Jepang. Di tempat inilah mereka belajar langsung konsep matematika yang tersembunyi dalam budaya, melalui pendekatan yang dikenal sebagai etnomatematika.

Banuaterkini.com, BANJARMASIN – Masjid Nurul Amilin, bangunan kayu ulin yang berdiri sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942 di Kelayan B, Banjarmasin, mendadak berubah fungsi.

Bukan lagi sekadar tempat ibadah, namun menjadi ruang kelas hidup bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika (PMTK) UNUKASE, Senin (16/06/2025).

Dengan penuh antusias, para mahasiswa menjelajahi detail arsitektur masjid, dari lengkung mihrab, pola ukiran kayu, hingga struktur kubah, untuk menggali konsep-konsep geometri, simetri, dan proporsi yang terkandung di dalamnya.

Pendekatan ini dikenal sebagai etnomatematika, yaitu penerapan matematika dalam konteks budaya lokal.

Didampingi dosen dan tokoh agama, mahasiswa belajar mengenal Matematika dari sudut pandang budaya dan sejarah. (BANUATERKINI/Juna)

“Saya tidak menyangka, bangunan ini menyimpan banyak pola matematika. Misalnya, proporsi antar tiang, bentuk lengkung mihrab, hingga pola pengulangan pada hiasan kayu,” ujar Ikhsan, salah satu mahasiswa peserta kegiatan, dengan penuh kekaguman.

Didampingi dosen PMTK serta tokoh masyarakat setempat, para mahasiswa mengubah masjid ini menjadi laboratorium terbuka.

Mereka memetakan nilai-nilai matematis dari warisan budaya Banjar yang masih terjaga keasliannya.

Material kayu ulin pada pintu dan dinding masjid menjadi salah satu fokus utama dalam observasi mereka.

Ketua Program Studi PMTK, Azis Muslim, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran yang bertujuan memperluas wawasan mahasiswa tentang matematika dalam konteks sosial dan budaya.

“Kami ingin mahasiswa memahami bahwa matematika itu hidup, tidak hanya soal angka dan rumus. Ia hadir dalam seni, arsitektur, dan tradisi masyarakat,” jelasnya.

Masjid Nurul Amilin sendiri dibangun di atas tanah wakaf Haji Talib dan hingga kini tetap mempertahankan bentuk dan fungsi aslinya, menjadikannya situs penting bagi sejarah dan budaya Kalimantan Selatan.

Sementara itu, Ketua Pengelola Masjid, H. Muhammad Idris, menyambut baik kunjungan ilmiah ini.

“Kami bangga, generasi muda tidak hanya datang untuk beribadah, tapi juga belajar. Masjid ini kini hidup sebagai pusat ilmu dan budaya,” tuturnya.

Kegiatan ini menandai langkah nyata dalam mengintegrasikan pelestarian budaya lokal dengan inovasi pembelajaran.

Mahasiswa tidak hanya belajar dari buku, tapi dari ukiran, bangunan, dan nilai sejarah yang hidup di tengah masyarakat. (Juna)

Laporan: Ahmad Kusairi
Editor: Ghazali Rahman
Baca Juga :  Transformasi Digital Kotabaru, Diskominfo Optimalkan Internet Desa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev