Bajakah Kait-kait: Kinuman Kesehatan Para Raja-Ratu Urang Banua

Banuaterkini.com - Minggu, 4 September 2022 | 23:20 WIB

Post View : 1413


Artinya, momentum IKN yang berada di kawasan hutan-hutan Prasejarah, hutannya para Datu. Hal ini berarti tugas Ibu Kota Baru juga untuk tetap menjaga dan melestarikan biodiversiti yang ada di pulau Kalimantan.

Kali ini penulis tak hendak membahas tentang Dipterocarpa, tapi snapshot bahwa salah satu tumbuhan meranti yang lajimnya menjadi tempat menggelayutnya tanaman bajakah. Bajakah, jadi fenomenal sejak tahun 2019, setahun sebelum pandemi Covid-19 sempat menggegerkan jagat raya tatamba atau pengobatan untuk Kanker dan penyakit alat dalam lainnya. Bajakah jenis tampula ini telah diteliti oleh siswa SMA di Kalteng.

Meski populer diteliti generasi milenial asal Kalteng, tetapi Bajakah Kait-kait merupakan tetumbuhan warisan alam Kalimantan, yang dalam tulisan berikut akan banyak ditelisik sebagai tetumbuhan khas tatamba urang Banjar.

Bajakan Kait-kait atau Uncaria acida (Hunter.) Roxb adalah tanaman liana atau tanaman merambat atau menggantung, yang tumbuh pada inangnya pohon meranti merah (Shorea multiflora) atau meranti kuning.  Kedua tumbuhan ini saling bersaing mendapatkan cahaya matahari untuk pertumbuhan keduanya. Tapi bukan efifit yang menjadi benalu. Bajakah kait-kait secara morfologi tanamannya merambat bersulur tebal dan berkayu yang dapat tumbuh di hutan tua dan tumbuh dari biji di dalam tanah, sedangkan akar-akar tanamannya tumbuh langsung di tanah[2].

Tanaman Bajakah kait-kait lajim di ambil dari batang pohonnya yang beruas-ruas dan menggantung, apabila sudah berdiameter lebih 5 cm bisa di jadikan untuk ayunan atau bergelantungan dan melayang untuk berpindah dari satu pohon kepohon lain. Namun ada juga yang memanfaatkan daun-daunnya untuk penyakit.

Apa rahasia bajakah kait-kait? Sehingga dalam mantra Urang Banjar, sebelum mengambil air dalam bubuh batangnya, selalu terukir hakikat ucapan doa pengharapan dan menjaga tanaman langka ini, yang biasanya di mulai dengan Basmalah dan di akhiri dengan Syahadat.

Siur-siur tarabang

siang baracak tarabang

malam manggarabak

banyunya siang

mengucur banyunya malam

berilah susu anak putri junjung buih

sampai muak

jangan sampai kalaparan

Penanda alam, bahwa airnya akan melimpah apabila siur-siur atau capung dalam sub ordo Anisoptera, yang menjadi penanda. Bahwa Capung saja suka akan cairan ajaib yang ada di batang tersebut. Cairan ini dipercaya sebagai tanaman yang telah jadi kinuman Ratu Putri Junjung Buih, seorang ratu yang kemudian menurunkan raja-raja dan sultan.

Hingga minuman sang Ratu untuk kesehatanpun sangat di rahasiakan. Konon batang bajakah, bisa dimanfaatkan setelah inangnya lebih berumur 10 (sepuluh) tahun dan bajakah lebih 3 (tiga) tahun. Mantra ini juga digunakan sebelum menurih gatah (menoreh/menyadap) pohon karet, tebu atau semua tanaman yang di ambil manfaat cairan dalam batang atau akarnya. Berikut kajian ilmiah liana Bajakah Kait-kait, di mulai dengan morfologi dan uji ilmiah dan manfaatnya.

Morfologi tanaman Bajakah kait-kait: batang yang lebih kecil dari jenis Uncaria lainnya, mempunyai akar yang dapat merambat lebih dari 4-6 meter, panjang kaitnya 2- 3 cm dan akar bajakah inilah yang banyak digunakan masyarakat Dayak sebagai obat (Saputra, 2019). Daun U. acida berbentuk telur hingga elips dengan ukuran 5-9 cm x 2.5-5 cm. Daun yang tipis hingga sebagian tertutup oleh tekstur kasar, tidak berbulu, memiliki urat-urat halus, stomata ada di permukaan atas, batang berukuran 10-12 mm dan panjang 4-7 mm. Bunga dari U. acida memiliki diameter hingga 2 cm dan buahnya lebih dari 5 cm. Tangkainya berukuran panjang 1,5-2 cm. Bunganya bersifat subsessile dan berwarna putih (Globinmed, 2020).

Tanaman bajakah Kait-kait ini sangat spesifik, meski mirip dengan tanaman bajakah lain. Ada juga yang menyebut Bajakah merah, namun sedikit berbeda. Selain tumbuh pada lahan gambut atau basah, akarnya menghujam langsung dari dalam tanah. Semua bagiannya sangat bermanfaat: batang, daun, bunga dan akar. Secara umum, berdasarkan penelitian bajakah Kait-kait pada batang dan daun mengandung fenolik, flavonoid, tanin, dan memiliki aktivitas antioksidan. Karena itu pula tanaman ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

Menurut Ahang dkk (2015), penelitian tentang fitokimia yang telah dilakukan mendapatkan lebih dari 200 bahan kimia yang telah diisolasi dari genus uncaria, termasuk senyawa antara lain triterpen, flavonoid, enilpropanoid, dan alkaloid indol.

Senyawa ini memiliki senyawa aktivitas anti bakteri pada bakteri e. coli. atau zat anti kuman atau anti bakteri serta anti-imflamasi atau pembengkakan. hal ini berdasarkan pada  analisa ekstrak etanol daun bajakah kait-kait dengan uji antibakteri menggunakan metode Kirby Bauer untuk menentukan aktivitas antibakteri yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat disekitar kertas cakram.

Kearifan lokal, saat mengambil batangnya, diameter tidak lebih dari 3cm. Hal ini untuk membiarkan bajakah tua masih bersama akarnya (Foto: Acil Hayatun, Tabalong)

Bakteri yang diuji adalah Eschericia coli atau E. coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang dapat menyebabkan diare ringan. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisa ekstrak etanol daun u. acida. terhadap pertumbuhan bakteri e. coli, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun U. acida memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri E. coli ditandai dengan terbentuknya zona hambat, dengan konsentrasi 50 mg/ml dengan rata-rata diameter zona hambat 10,2 mm memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri e. coli dalam kategori sedang[3].

Proses penjemuran batang dalam suhu ruangan, agar menjaga khasiatnya. Lama penyimpanan maksimal 6 bulan.

Untuk memperoleh manfaat dari tumbuhan, perlu dilakukan proses ekstraksi untuk menarik senyawa yang terkandung dalam tumbuhan. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari suatu padatan maupun cairan, pemisahan ini dapat terjadi dengan bantuan pelarut sehingga zat terpisah dari komponen lain yang tidak dapat larut dalam pelarutnya (Prayudo et al., 2015).

Sebelum proses ekstraksi biasanya tumbuhan dibuat menjadi simplisia, Endarini (2016) menyatakan, simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat tradisional dan belum mengalami pengolahan atau merupakan  bahan yang dikeringkan, lalu dibuatlah simplisia nabati yaitu simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tumbuhan. Yang dimaksud dengan eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Umumnya cara pembuatan konvensional dengan infusi, dekosi dengan bahan di masak air hingga mendidih dan di saring, atau maserasi dengan cara bahan ditumbuk dan di rendam selama 3 (tiga) hari lalu di embunkan dan di ambil saripatinya. Ada juga ekstrasi dengan bantuan enzim, ultrasonik dan medan listrik berdenyut (Pulsed-electric Field Extraction/PFE), yang biasa di lakukan pada pabrik-pabrik modern.

Ada yang menarik dari Bajakah kait-kait ini, tidak hanya kandungan batangnya yang luarbiasa, tapi juga daunnya yang ada semacam pengait. Ada yang menyebut cakar elang. Daun berkait-kait ini juga bermanfaat obat. Cara pengolahannya sangat sederhana: sebelum digunakan harus dijemur terlebih dahulu sampai benar-benar kering. Direbus dan langsung diminum.

Cabang ranting dan cakar daun bajakah kait-kait untuk tatamba penyakit degeneratif (Foto: Acil Hayatun, Tabalong)

Berikut manfaat cakar bajakah kait-kait antara lain: menstabilkan tekanan darah atau hipertensi, mengobati sakit pinggang dan menjadi obat asam urat bahkan kalau khusus mengkonsumsi air rebusan cakar elang yaitu berupa mencegah resiko penyakit jantung, stroke dan gangguan saluran kencing.

Beda karakteristik dengan bajakah tampala atau Spatholobus

Hal ini berbeda dengan efek sitotoksik beberapa akar bajakah kalimantan terhadap sel kanker payudara hasil penelitian siswa SMA di Kalimantan tengah. Dari sekitar 200 jenis bajakah; empat di antaranya yaitu pada  spesies Spatholobus sp seperti pda bajakah tampala, kalalawit, bajakah jari lima, dan longkur telah digunakan oleh suku Dayak untuk pengobatan kanker payudara.

Studi ini menguji sitotoksisitas antikanker payudara ekstrak akar dari keempat bajakah tersebut. secara in vitro terhadap sel T47D dengan pembanding tamoksifen. Berdasarkan skstrak etanol bajakah merupakan yang paling toksik dibandingkan dengan yang lainnya sehingga untuk perbaikan nilai IC50 dilakukan ekstraksi reflux menggunakan etanol 96% pada keempat akar bajakah. Hasil menunjukkan nilai IC50 bajakah kalalawit, tampala, longkur, dan jari lima yang membaik yaitu berturut-turut adalah 407; 708; 881; dan 1.096 µg/mL (R2 = 0,9717; 0,952; 0,9367; 0,9369). Keempat ekstrak bajakah mengandung zat aktif antikanker payudara (mengingat nilai R2 uji sitotoksisitas > 0,93).

Bajakah itu Halal.

Secara umum kandungan senyawa flavonoids, tannins, and saponins. Bahkan kampus Universitas Gadjah Mada sudah melakukan penelitian temasuk bahan yang halal untuk di gunakan dalam pengobatan kanker payudara, kanker servik dan kandung kemih[4]. Artinya semua uji pada jenis bajakah adalah bahan atau senyawa yang halal untuk di gunakan.

Bajakah tampala atau Spatholobus Hassk

Upaya etnobioprospeksi

Tatamba Urang Banjar ini masih terpelihara, akan tetapi masalah terbesar adalah budidaya yang sangat sulit. Tersebab tanaman bajakah adalah tanaman liana yang merambat pada tanaman kayu atau pohon-pohon besar seperti meranti. Padahal degradasi hutan dalam dua puluh tahun ini di Kalsel sudah mencapai angka sanga besar bahkan di sinyalir sudah tak ada lagi hutan lebat di Kalsel.

Hanya berupa hutan-hutanan, itupun sudah lebih banyak jadi milik warga atau desa.  Bajakah kait-kait ini juga sebagai indikator akan tingginya biodiversiti di hutan-hutan Kalsel. Saat ini mulai di tanam di Kebun Raya Banua di Banjarbaru. Kita berharap budidayanya bisa berhasil dan jadi percontohan.

Tanaman ini diyakini masih bisa di dapati di Pegunungan Meratus di Loksado, Hantakan dan Halong. Sedangkan di Tabalong juga terdapat di  Kecamatan Muara Uya, di dekat Gunung Sialing, Kabupaten Tabalong, bahkan masih terdapat di hutan-hutan Kelumpang Hulu, Pulau Kota Baru. Tidak ada yang pernah melakukan riset baik jumlah, nilai penting, kerapatan maupun frekuensi bajakah kait-kait ini di Kalsel.

Dalam konteks biopropeksi, Yayasan Kehati, 2020, menyebutkan bahwa diketahui bahwa dari 25.000 jenis tumbuhan yang ada di ekosistem Indonesia, baru 30% saja telah diketahui memiliki manfaat pengobatan, sedangkan hanya 4% yang sudah dibudidayakan. Menurut KMNLH (2014 dalam Gunawan dan Mukhlisi, 2014), jumlah tumbuhan obat di Indonesia mencapai 7.500 jenis atau sekitar 10% dari tumbuhan obat yang ada di dunia.

Tingginya potensi tersebut menyebabkan banyak industri farmasi dari negara maju memiliki minat untuk melakukan eksplorasi lebih jauh guna mencari sumber obat baru. KMNLH (2014) mencatat bahwa potensi nilai farmakokimia dari tumbuhan obat yang ada di Indonesia mencapai hingga 14,6 milyar USD, atau lebih dari 150 trilyun rupiah. Bangsa ini akan terus merugi apabila tak segera memanfaatkan kekayaan alam.

Atau perlukah kita mengirim mantra bersama-sama? Pada orang-orang perusak hutan Prasejarah di Kalimantan, menebang meranti dan  menghancurkan ratusan jenis bajakah agar menjadi hantu? Supaya mereka jadi hantu, lalu kita hela dan pesuruh penjaga hutan dan menjauhkan penyakit.

Datu Tuguk, Datu Tugur

Guru Mandak Sang hiang lalu, lalu

Ikam bajauh ka rakun habang

Ka rakun kuning ka rakun hirang

Ikam jangan mamakan darah manusia

Makanan ikam darah kijang minjangan

Aku tahu ngaran ikam…..

Canggap lawan Canggup

 

Banjarmasin, 1 September 2022

Sri Naida, adalah Alumni Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Koordinator Ambin Batang Sastra-Bio Kalsel. Diskusi dan informasi dapat menghubungi emaill: Sri_naida@yahoo.co.id 

Referensi:

[1] https://www.kompas.id/baca/ilmiah-populer/2022/04/29/fosil-daun-mengungkapkan-ekosistem-kalimantan-4-juta-tahun-lalu 

[2] https://generasibiologi.com/2018/02/11-macam-habitus-pada-tumbuhan.html 

[3] Mia Irawan, Program Studi Diploma Iii Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Borneo Cendekia Medika, Pangkalan Bun, 2021

[4]  https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc/article/view/6997. Laboratorium Terpadu UGM Sleman pada Juli–Desember 2020. Hasil penelitian menunjukkan sediaan nanopartikel kayu bajakah mengandung pelarut air murni, viskositas 0,08878 cP, scattering intensity 1,1059 cps, berdiameter 176,1+/−43,7 (nm). Hasil uji sitotoksik menunjukkan IC50 terhadap kultur sel MCF7 1.063,28 (±114,98) μg/mL, HepG2 53,34 (±0,35) μg/mL, T47D 150,63 (±8,44) μg/mL, WiDR 114,38 (±7,82) μg/mL, HTB 97,50 (±3,49) μg/mL, HeLa 182,95 (±36,22) μg/mL, dan Vero 710,10 (±106,46) μg/mL. Kesimpulan penelitian ini bahwa nanopartikel kayu bajakah bersifat tidak kritis dalam kehalalan bahan. Selain itu, aktivitas antikankernya lemah terhadap kanker payudara dan kanker serviks uteri, sedang terhadap kanker hati dan kanker paru, serta tidak toksik pada sel normal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev