Kasus meninggalnya seorang selebgram asal Medan, ENS, setelah menjalani prosedur sedot lemak di sebuah klinik di Depok, Jawa Barat, telah menyita perhatian publik dan memicu kekhawatiran mengenai keamanan prosedur estetika.
Banuaterkini.com, JAKARTA - ENS, yang dikenal luas di media sosial, dilaporkan meninggal dunia akibat pecahnya pembuluh darah setelah menjalani prosedur tersebut. Polisi saat ini tengah menyelidiki kemungkinan adanya kelalaian dari pihak klinik.
Dikutip dari haibunda.com, berita tragis ini mendapat tanggapan serius dari berbagai kalangan, termasuk dari dr. Tompi, seorang penyanyi yang juga spesialis bedah plastik.
Dokter Tompi menekankan bahwa keamanan dalam prosedur pembedahan apa pun selalu bergantung pada tiga faktor utama yaitu kompetensi tenaga medis, persiapan yang matang, dan pelaksanaan yang tepat.
"Prosedur pembedahan, apa pun pembedahannya bisa terbilang berbahaya bila tidak dilakukan dengan cara yang tepat, tidak oleh orang yang tepat, dan tidak dengan persiapan yang baik. Hal ini berlaku sama untuk sedot lemak," kata dr. Tompi dikutip dari detikcom, Selasa (30/07/2024).
Tompi menjelaskan bahwa sedot lemak adalah prosedur yang sebenarnya bisa aman dan terukur jika dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
"Ini adalah pekerjaan yang kita, dokter spesialis bedah plastik, sekolah dulu baru bisa mengerjakan. Namun, akhir-akhir ini banyak yang bukan dokter bedah plastik ikut mengerjakan hanya karena mengikuti workshop sekali," kritiknya.
Prosedur sedot lemak sering dianggap mudah jika hanya melihat prosesnya, namun dr. Tompi mengingatkan bahwa hal tersebut jauh dari kenyataan.
"Proses operasi sedot lemak memerlukan pengecekan riwayat kesehatan pasien terlebih dulu. Selain itu, pembiusan pasien dilakukan dalam sejumlah tahapan, mulai dari pembiusan ringan hingga dalam kondisi pasien tertidur alias tidak sadar," jelasnya.
Tompi juga menekankan pentingnya tata cara yang benar dalam pembiusan.
"Ini ada tata caranya, nggak boleh sembarangan. Salah kasih obat bius, pasien bisa gagal napas," tambahnya dengan nada tegas.
Kasus meninggalnya ENS ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih klinik dan tenaga medis yang kompeten saat hendak melakukan prosedur estetika.
Kejadian ini juga diharapkan dapat menjadi perhatian bagi otoritas terkait untuk lebih memperketat regulasi dan pengawasan terhadap klinik-klinik yang menawarkan layanan bedah estetika.
Semoga kejadian tragis seperti ini tidak terulang kembali dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat.