Nasi Kuning Amang Usup, Kisah “Pejuang” Banjar Mencari Nafkah di Bogor

Redaksi - Minggu, 11 Agustus 2024 | 22:21 WIB

Post View : 208

Haji Supiani alias Mang Usup, pemilik Warung Nasi Kuning Banjarmasin Mang Usup sedang melayani pembeli di kawasan Perumahan Taman Yasmin, Bogor. (BANUATERKINI/Istimewa).

Di tengah hiruk-pikuk Kota Bogor, seorang pria berusia 59 tahun tampak dengan sabar melayani pelanggan di warung kecilnya. Haji Supiani, yang akrab disapa Amang Usup, adalah potret seorang pejuang kehidupan keluarga yang tak kenal lelah.

Banuaterkini.com, BOGOR - Di sudut Kota Bogor yang selalu sibuk, sebuah warung kecil menawarkan cita rasa kuliner autentik khas Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Warung ini, yang dikenal sebagai "Nasi Kuning Banjarmasin Amang Usup," dimiliki oleh Haji Supiani, seorang pria asal Banjarmasin berusia 59 tahun yang telah menempuh perjalanan panjang dan penuh perjuangan untuk sampai ke titik ini.

Di dalam budaya masyarakat Banjar, Kalsel, panggilan "Amang" yang disematkan pada nama brand warung Nasi Kuning milik Mang Usup memiliki makna yang mendalam dan digunakan sebagai bentuk penghormatan serta kedekatan dalam hubungan sosial.

Kata "Amang" umumnya digunakan untuk menyapa atau memanggil seseorang yang lebih tua, khususnya laki-laki, seperti ayah, paman, atau kakek.

Panggilan ini mencerminkan rasa hormat dan kekeluargaan yang erat di antara anggota masyarakat.

"Amang" tidak hanya menunjukkan hubungan darah atau kekerabatan langsung, tetapi juga dapat digunakan secara umum untuk memanggil orang yang dihormati dalam komunitas, seperti tetua adat atau pemuka masyarakat.

Haji Supiani alias Mang Usup, sedang melayani pembeli. (BANUATERKINI/Istimewa).

Di balik kesederhanaan nama warung "Nasi Kuning Banjarmasin Amang Usup", tersembunyi kisah kehidupan seorang pejuang yang tak kenal menyerah, yang terus berjuang demi keluarga dan tradisi yang dicintainya.

Sebelum menjalani kehidupannya di Bogor, Mang Usup mengaku pernah merantau ke Jakarta dan mencoba peruntungan dengan berjualan nasi kuning di daerah Kalibata pada tahun 2011.

Halaman:
Baca Juga :  Lamang, Kuliner Tradisional yang Melekat dalam Tradisi Banjar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev