Otak manusia adalah keajaiban yang mengatur segala aktivitas tubuh—dari berpikir, mengingat, hingga menggerakkan anggota tubuh. Namun, di tengah kesibukan hidup sehari-hari, sering kali kita abai terhadap kebiasaan yang secara diam-diam melemahkan kinerja organ vital ini.
Banuaterkini.com, JAKARTA - Seiring bertambahnya usia, fungsi otak memang cenderung menurun, tetapi kebiasaan sepele yang dilakukan setiap hari juga berpotensi mempercepat penurunan ini.
“Kalau kita malas gerak, sering multitasking, atau terlalu lama di depan layar, itu sama saja seperti menyabotase otak sendiri,” ujar seorang pakar neurologi dari laman Health, seperti dikutip dari Kompastv.com.
Berikut adalah sejumlah kebiasaan yang tampaknya sederhana, namun memiliki dampak besar pada kesehatan otak.
Bergerak bukan hanya tentang kebugaran fisik. Aktivitas fisik terbukti memiliki dampak langsung pada kesehatan otak.
Ketika kita bergerak, jantung memompa darah lebih kuat, mengirimkan oksigen dan nutrisi penting ke otak.
Penelitian dalam Journal of Comparative Neurology bahkan menunjukkan bahwa gaya hidup sedentary dapat mengubah struktur neuron tertentu, mempercepat penurunan mental.
“Olahraga membantu memproduksi neurotrophin, zat kimia yang memicu pertumbuhan sel saraf baru. Ini penting untuk efisiensi otak dalam memproses informasi,” kata seorang peneliti.
Dengan kata lain, malas gerak adalah tiket cepat menuju otak yang lamban.
Sering kali kita merasa bangga bisa melakukan banyak hal sekaligus—membalas email sambil mendengarkan musik dan mencatat agenda.
Namun, studi menunjukkan bahwa otak manusia sebenarnya tidak dirancang untuk multitasking.
Ketika kita berpikir sedang menangani beberapa tugas sekaligus, otak sebenarnya hanya berpindah cepat dari satu tugas ke tugas lainnya.
“Ini tidak hanya melelahkan otak, tetapi juga mengurangi kemampuan kita untuk fokus dan menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik,” ujar seorang pakar psikologi.
Bagi banyak orang, mendengarkan musik melalui earphone menjadi bagian dari keseharian.
Namun, kebiasaan ini bisa menjadi bumerang jika volume yang digunakan terlalu tinggi.
Selain merusak pendengaran, penelitian menunjukkan bahwa paparan suara keras secara terus-menerus dapat memengaruhi fungsi otak.
“Batasi volume maksimal hingga 60 persen dan jangan gunakan earphone lebih dari 30 menit tanpa jeda,” saran seorang dokter spesialis THT.
Langkah sederhana ini bisa menyelamatkan pendengaran sekaligus menjaga kesehatan otak.
Kurang tidur mungkin terlihat seperti pengorbanan kecil untuk menyelesaikan pekerjaan atau mengejar hiburan di malam hari.
Namun, dampaknya pada otak sangat signifikan. Begadang secara konsisten mengganggu fungsi kognitif seperti memori, kemampuan berpikir, dan pemecahan masalah.
Selain itu, kurang tidur juga berdampak pada metabolisme tubuh, membuatnya kurang efektif dalam membakar lemak.
“Kualitas tidur adalah investasi jangka panjang untuk kesehatan otak. Tidur cukup tidak hanya membantu memori, tetapi juga memperbaiki sel-sel otak yang rusak,” ujar seorang ahli tidur dari Harvard Health Publishing.
Terlalu sering makan dalam porsi besar, terutama makanan tinggi gula dan garam, bisa menghambat kemampuan otak untuk membangun koneksi antar sel saraf.
Kondisi ini tidak hanya memperburuk kemampuan berpikir dan memori, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer.
“Selain berdampak pada otak, pola makan seperti ini juga memicu obesitas, diabetes, dan penyakit jantung,” kata seorang ahli gizi.
Kecanduan layar, mulai dari smartphone hingga laptop, telah menjadi fenomena modern.
Namun, paparan cahaya biru dari layar perangkat elektronik terbukti mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur.
Akibatnya, bukan hanya pola tidur yang terganggu, tetapi juga kesehatan mental secara keseluruhan.
“Screen time yang berlebihan membuat otak kita terus-menerus bekerja tanpa jeda, sehingga lebih mudah lelah dan emosional,” kata seorang psikolog.
Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan sepele yang merusak otak memang tidak mudah, terutama di era modern yang serba cepat dan serba digital.
Namun, langkah kecil seperti aktif bergerak, tidur cukup, membatasi screen time, dan mengelola pola makan dapat memberikan dampak besar untuk menjaga otak tetap optimal sepanjang usia.
Otak adalah investasi terbesar kita. Jadi, apakah kita siap menjaganya?