Nama Dr. Fauzan Ramon, SH, MH, sudah tidak asing lagi di dunia hukum Kalimantan Selatan (Kalsel). Dikenal sebagai pengacara elite dengan segudang pengalaman, ia tetap menjaga sikap rendah hati dan dekat dengan berbagai kalangan. Tidak hanya sukses menangani berbagai kasus besar, Fauzan juga dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap rekan sejawat, klien, dan masyarakat luas.
Banuaterkini.com, BANJARMASIN - Karier Fauzan yang berhasil meraih gelar doktor ilmu hukum dari Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya ini telah melampaui dua dekade, dimulai sejak awal 2000-an.
Melalui ketekunan dan keahliannya dalam menangani berbagai kasus hukum, ia berhasil membangun reputasi sebagai pengacara andal di Kalsel.
Belakangan ini, kiprahnya bahkan merambah ke tingkat nasional dengan keterlibatannya dalam berbagai kasus hukum yang lebih kompleks.
Selain aktif di Kalimantan Selatan, Fauzan Ramon juga menangani berbagai kasus hukum di beberapa daerah di Indonesia.
Ia kerap diminta sebagai penasihat hukum oleh klien-klien dari Surabaya, Bali, hingga Jakarta.
Keahliannya dalam menangani perkara bisnis, sengketa tanah, dan kasus hukum lainnya membuat namanya semakin dikenal di luar Kalimantan.
Di Surabaya, Fauzan pernah menangani kasus sengketa tanah bernilai miliaran rupiah yang akhirnya dimenangkan oleh kliennya.
Di Bali, ia turut serta dalam penyelesaian kasus hukum terkait investasi sekaligus melakukan perjalanan wisata.
Sementara di Jakarta, ia beberapa kali dipercaya menangani kasus-kasus hukum strategis bagi pengusaha nasional.
Kepercayaan yang diberikan oleh berbagai klien dari berbagai daerah membuktikan bahwa Fauzan bukan hanya pengacara daerah, tetapi juga seorang profesional dengan jangkauan nasional.
Di luar profesinya sebagai pengacara, Fauzan Ramon juga dikenal memiliki kedekatan dengan para ulama besar dan habaib di Kalsel.
Ia rajin menjalin bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh agama seperti KH Zaini Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul, Tuan Guru Anang, KH M. Djajouely Seman atau yang biasa dikenal Abah Anang Jazouly, KH Ahmad Bakri atau Guru Bakri, serta KH Syaifuddin Zuhri atau Guru Banjar Indah. Meski beberapa di antaranya telah wafat, Fauzan tetap menjaga hubungan baik dengan para penerus mereka.
Selain itu, ia juga memiliki hubungan erat dengan KH Muhammad Bakhiet (Guru Bakhiet) dari Barabai, seorang ulama yang memiliki majelis di berbagai daerah di Kalsel.
Kedekatan ini mencerminkan komitmen Fauzan dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan membangun relasi dengan para tokoh agama.
Belakangan ia juga diketahui memiliki darah dzuriyat Nabi secara tidak langsung, tak heran jika Fauzan juga dekat dengan para habib di Kalsel. Dua sepupunya, Sayid Firdaus dan Sayid Alwi, yang merupakan keturunan langsung dari Habib Husien bin Ali Assegaf—makamnya berada di tengah Pasar Kandangan—dikenal akrab dengan Fauzan. Meski tidak memiliki majelis, keduanya hidup berdedikasi seperti kebanyakan Muslim lainnya di Kalsel, namun tetap menjaga hubungan erat dengan Fauzan.
Di balik kesuksesannya, Fauzan dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan dermawan. Banyak rekan sejawat yang bersaksi bahwa ia tidak pernah segan mentraktir teman-temannya atau bahkan memberikan uang saku kepada mereka yang membutuhkan.
“Mun di bawa Fauzan makan... himungg banar hati nang sudah pensiun. Buliknya di sangui pulang (Kalau diajak Fauzan makan, rasanya senang sekali untuk orang yang udah pensiun kaya saya ini. Pas pulang dikasih jajan lagi),” ujar salah seorang rekannya sambil tersenyum, menggambarkan betapa royalnya Fauzan terhadap teman-temannya.
Tak hanya dikenal sebagai pengacara sukses, Ketua Ikatan Alumni (IKA) Fakultas Hukum (FH) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia selalu membuka pintu bagi siapa saja yang ingin berdiskusi, baik sesama praktisi hukum maupun masyarakat umum yang membutuhkan bantuan.
Sebagai pengacara senior, Fauzan Ramon dipercaya menjadi legal advisor di berbagai perusahaan besar, khususnya di sektor pertambangan. Beberapa perusahaan tambang di Kalsel, termasuk sejumlah pengusaha top di Binuang, Kabupaten Tapin, menggandengnya sebagai penasihat hukum utama.
Meskipun memiliki kedekatan dengan kalangan pengusaha, Fauzan tetap menjaga prinsip independensi dan profesionalisme.
Ia tidak pernah segan membela hak-hak konsumen dan masyarakat yang membutuhkan pendampingan hukum. Tak heran, ia aktif sebagai Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Banjarmasin dan Ketua Umum Yayasan Lembaga Konsumen Intan (YLKI) Kalsel. Semua itu menjadikannya sosok yang tidak hanya dihormati di dunia bisnis, tetapi juga di kalangan masyarakat umum.
Dengan pengalaman panjang di dunia hukum serta kedekatannya dengan tokoh agama dan masyarakat, tidak sedikit yang mempertanyakan apakah Fauzan Ramon tertarik untuk terjun ke dunia politik, misalnya mencalonkan diri sebagai Bupati Banjar. Apalagi, ia berdomisili di Perumahan Elit Citraland Banjarmasin yang masuk dalam wilayah Kabupaten Banjar.
Saat jurnalis Banuaterkini.com menanyakan mengenai hal tersebut, Fauzan yang juga merupakan Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam (STIHSA) Banjarmasin ini hanya tersenyum dan dengan diplomatis ia menyatakan bahwa untuk saat ini, ia lebih fokus dalam dunia hukum dan sosial.
“Saya ingin terus berkontribusi di bidang yang saya tekuni. Politik tentu menarik, tapi saya masih ingin berjuang melalui jalur hukum dan advokasi,” ujarnya.
Sebagai sosok yang terus berkembang, Fauzan Ramon berharap agar dunia hukum di Kalsel semakin profesional dan transparan. Ia juga berkomitmen untuk terus berbagi ilmu dan pengalaman kepada generasi muda agar semakin banyak pengacara berkualitas yang lahir di daerah ini.
Di sisi lain, Fauzan telah menyiapkan penerusnya yang ia sebut sebagai “putera mahkota” di bidang hukum, yaitu Arya Setiawan.
Saat ini, Arya sedang menempuh pendidikan S3 hukum di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin. Ia juga merupakan legal advisor di PT Batu Gunung Mulia milik Haji Ijai Binuang dan aktif sebagai Wakil Ketua Bidang Hukum DPD Partai Golkar Kabupaten Banjar.
Fauzan menyebut Arya sebagai refleksi dari dirinya, seorang pendekar hukum yang memiliki dedikasi tinggi dalam profesi ini.
Selain itu, istrinya, Hj. Muryani, SH, MH, MKn, dan anak sulungnya Lia Audia Puspita SH.MKn juga aktif sebagai notaris, melengkapi peran keluarganya dalam dunia hukum di Kalsel.
“Ke depan, saya ingin semakin banyak praktisi hukum yang tidak hanya sukses dalam karier, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap sesama. Hukum bukan hanya tentang aturan, tetapi juga tentang keadilan dan kemanusiaan,” pungkasnya dengan penuh semangat.