Pertengahan Agustus 2025, di tengah gempuran pesan dan panggilan tak diundang, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) memperkenalkan layanan anti‑spam berbasis kecerdasan buatan (AI) yang langsung bekerja di dalam jaringan. Inovasi ini bukan sekadar fitur, melainkan gerakan gotong royong untuk melindungi pengguna seluler dari penipuan digital yang kian marak.
Oleh: MS Shiddiq *)
Menurut laporan Securitybrief Asia (11/08/2025) yang mengutip Asia Scam Report 2024, 65 % orang Indonesia menghadapi upaya penipuan setiap minggu. Berangkat dari keprihatinan tersebut, Indosat memadukan AI dengan jaringan 5G agar mampu memblokir pesan, panggilan dan tautan berbahaya sebelum mencapai ponsel pengguna.
Indosat membangun solusi ini di atas AIvolusi 5G, ekosistem AI yang didukung GPU generasi terbaru. Seperti ditulis Securitybrief Asia (11/08/2025), sistem bekerja langsung di jaringan sehingga tidak memerlukan perangkat canggih; pelanggan prabayar IM3 otomatis mendapat perlindungan SATSPAM BASIC dengan setiap pembelian paket data, sedangkan paket ≥ Rp 50 ribu dan pelanggan pascabayar memperoleh SATSPAM+ yang mampu mengklasifikasikan panggilan menjadi spam, scam atau “trusted” serta memindai tautan SMS berbahaya.
Pengguna juga dapat melaporkan nomor mencurigakan melalui aplikasi myIM3, sehingga memperkaya basis data dan meningkatkan akurasi. Inisiatif ini diluncurkan bersamaan dengan kampanye #NomorModusNoMore. Dalam laporan Securitybrief Asia (13/08/2025), Chief Commercial Officer Indosat Bilal Kazmi menegaskan bahwa keamanan digital adalah hak dasar dan teknologi harus menjadi alat perlindungan, bukan sekadar konektivitas.
Jurnalis Najwa Shihab, yang ikut mempromosikan kampanye ini, bahkan mengingatkan bahwa 64 % korban penipuan di Indonesia disasar melalui panggilan atau SMS dan kerugian mencapai Rp 476 miliar hanya dalam tiga bulan akhir 2024. Data dan kutipan tersebut memperlihatkan betapa perlindungan berbasis AI menjadi kebutuhan mendesak.
Selain melindungi konsumen IM3, Indosat menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. CEO IOH Vikram Sinha menekankan bahwa layanan ini merupakan hasil kerja sama dengan Tanla, Mastercard, GASA dan GSMA demi mewujudkan ‘AI for All’ serta memastikan perlindungan digital menjadi hak fundamental setiap orang. Pemerintah juga mendukung. Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengingatkan bahwa AI harus melayani manusia dan pemerintah ingin membentuk tata kelola agar tidak ada sisi gelap teknologi (Securitybrief Asia, 11/08/2025).
Layanan anti‑spam yang canggih akan sia‑sia jika masyarakat tidak memiliki literasi digital yang memadai.
Menurut GoodStats 2024, Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024 hanya 43,34 – masuk kategori moderat – dengan pilar keterampilan digital sebagai penyumbang tertinggi 58,25.